Dalam meng-analisa peristiwa-peristiwa yang dikisahkan di dalam Al Qur’an, terkadang kita dipengaruhi oleh dinamika perkembangan teknologi. Analisis dari seorang executive muda, yang memahami teknologi 3G, mungkin akan sangat berbeda dengan analisa eyang-nya, yang hanya mengerti kentongan, sebagai alat komunikasi.
Hal tersebut, dapat dilihat ketika kita meng-analisa, peristiwa yang diceritakan di dalam QS. Al A’raaf (7) ayat 44 :
“Dan para penghuni surga menyeru penghuni-penghuni neraka, ‘Sungguh, kami telah memperoleh apa yang dijanjikan Tuhan kepada kami itu benar. Apakah kamu telah memperoleh apa yang dijanjikan Tuhan kepadamu itu benar?’ Mereka menjawab, ‘Benar.’ Kemudian penyeru (malaikat) mengumumkan di antara mereka, ‘Laknat Allah bagi orang-orang yang dzalim.’.”
Dalam ayat tersebut dikisahkan adanya percakapan antara penduduk surga dan neraka dengan diawasi malaikat.
Dahulu… para muffasir (penafsir Al Qur’an) menafsirkan penduduk surga datang ke tepi neraka dan saling sahut-sahutan berbicara dengan penghuni neraka. Memang pada masa itu, begitulah cara berkomunikasi. Kita mesti datang langsung menemui yang bersangkutan.
Namun, seiring dengan berkembangnya teknologi, untuk berkomunikasi, seseorang tidak harus bertemu muka dengan lawan bicaranya. Dengan bantuan telephone, seseorang yang berada di OSLO, bisa dengan mudah berbicara dengan temannya, yang ada di SOLO. Bahkan biarpun berjarak mencapai ribuan kilometer, dengan bantuan teknologi 3G, raut muka teman kita, bisa terlihat dengan jelas.
Bagaimana kita membayangkan, peristiwa percakapan penduduk surga dan neraka ?
Jika teknologi komunikasi buatan manusia saja, sudah sedemikian canggihnya, apalagi kalau yang kita membayangkan teknologi surga, tentu kecanggihan-nya jauh di atasnya.
Boleh jadi…. percakapan yang terjadi antara penduduk surga dan neraka itu, merupakan suatu tele-conference dengan menggunakan teknologi hologram, yang maha canggih. Penduduk surga tetap berada di surga, begitu juga dengan penduduk neraka, mereka tetap di neraka.
Mereka berbicara, seolah-olah seperti saling berhadap-hadapan dan tanpa dibatasi layar kaca, dimana penduduk surga, tiada merasakan kepanasan, sebagaimana yang dirasakan penduduk neraka. Mereka bisa saling menyapa dari dua dimensi ruang yang berbeda.
Teknologi Hologram, saat Pemilihan Presiden USA
(Klik Video (Youtube))Dari kisah percakapan ini, telah memberikan informasi kepada kita, bahwa kelak di hari akhir, manusia akan berkomunikasi dalam satu bahasa, dan tentunya berbeda dengan di dunia, yang terdapat ribuan bahasa, dalam berkomunikasi.
Dan kalau kita pikir-pikir, teknologi komunikasi sekarang yang begitu canggihnya, ternyata dalam Al Qur’an sudah dipaparkan sejak ribuan tahun lampau. Subhanallah….
Mungkin saja nantinya kemajuan teknologi komunikasi akan menemukan hal-hal baru lagi yang dikembangkan dari inspirasi Al Qur’an ini. Bisa jadi pula penemunya salah satu pembaca tulisan ini….
WaLlahu a’lamu bisshawab
jangan terlalu menggunakan akal dlm masalah ghaib tms masalah akhirat. cukup kita imani saja, tentang kaifiyahnya kita serahkan kpd Allah Ta’ala..
barokallohu fiikum
“Setuju…!!!”
iman tanpa ilmu=kebodohan.
klo semua org kaya gini..sia2 Allah udah nurunin Alquran.
krn cuma dibaca, tanpa dikaji isi kandungannya.
makanya umat islam kalah teknologi sm org amerika.
sm aja km beli HP baru.trs user manual cm dibaca tanpa dipraktekkan.
sementara mengoperasikan HP berdasarkan kata penjualnya saja, akhirnya rusak.
alquran adl user manual manusia.
bukan hal tabu untuk memikirkan yg gaib2.
sp tau berdasarkan ini, umat islam bs menemukan teknologi hebat
Kalau saya terus terang nggak sependapat dg mas ibnu fauzy. Kalau semua hanya diterima apa adanya, yang dikhawatirkan adalah kemujudan dalam berfikir. Misalnya, dulu orang-orang Quraisy berfikir bahwa nabi Muhammad adalah seorang pendusta, buktinya beliau bisa melakukan isra’ (perjalanan dari Mekah menuju Al Aqsa)dalam waktu kurang dari semalam. Kendaraan tercepat waktu itu hanyalah onta, yang bisa mengantar seseorang dari Mekah menuju Palestina dalam waktu 2 bulan pulang pergi. Mana mungkin ada orang yang bisa pulang pergi begitu singkat laksana kilat. Pasti orang itu berdusta.
Nyatanya sekarang kalau kita mau pergi haji saja, cukup dengan perjalanan 10 jam dari tanah air sampai ke Medinah atau Jeddah. Ternyata ada pesawat yang bisa mengantar kita demikian cepat. Bukan tidak mungkin pada zaman nabi dulu, beliau naik kendaraan laksana pesawat supersonic atau yang lain.
Kalau kita hanya menerima saja dan tidak mau menerima pengetahuan, khawatir nya kita tidak akan mau menerima ilmu pengetahuan itu sendiri. Apa yang ditulis oleh admin, itu sangat bagus dan saya sangat apresiatif. Yang penting jangan mendewakan akal sehingga melupakan yang menciptakan akal itu sendiri.
betul pak saya setuju.. tidak dosa melakukan analisis/telaah tersebut walaupun bersifat spekulatif. karena itu lah kita dapat menemukan/inovasi teknologi/pengetahuan2 baru. walaupun tentunya metodologi spekulatif tidak kita gunakan untuk urusan akidah dan ibadang. di luar itu. .. itu lah fungsi akal tidak cuman untuk menghapal dan mengamini tok.
waduh masak iya di surga akan ada teknologi informasi ?
Pastilah bro.. Dunia ini gambaran yang sangat sangat sangat sangat……. kecil sekali..
Tekom didunia ini akan sangat2 kadluarsa dibandingkan dengan di akhirat. Kita bisa bayangkan 20 tahun yang lalu kita belum berfikir untuk berbicara sambil jalan dimana aja dan bisa langsung lihat wajah orang tersebut. Sekarang sudah terbukti bisa. Apalagi nanti 10 tahun kemudian wah pastinya sangat canggih dan apalgi di surga nanti waduh ampun ampun deh pasti sangaaaaaaaaaaaaaaaaatttttt lah canggih sekaliiii…
Artikelnya saya tidak ngerti, saya lebih terima jika yang nafsirkan Al-Quran khususnya ayat diatas adalah ahli tafsir, karena dengan nama penafsir saya mengetahui asal usulnya tafsir jadi saya bisa membandingkan mana yang dapat diterima karena asal usulnya harus baik dan jelas.
Saya juga pernah dengar untuk menafsirkan Al-Qur’an bukan orang sembarang namun yang ada ilmunya minimal hafal Al-Qur’an dan banyak Hadist bahkan selama ini saya mendengar tausiyah para ulama seperti ustad-ustad masih menafsirkan sesuai yang telah ditafsirkan oleh ulama-ulama terdahulu yang faseh.
besok kita ga usah bertemu mukan pak hanya dgn telelepati
ane agak aneh dg komentar iibnu fauzy,sdgkan kita dlm mempelajari&beribadah apapun dln syara pasti ada syaratnya yaitu salah satu BERAKAL………………
Ahli tafsir bila ruhnya belum dibukakan jg belum bs diterima
AlQuran petunjuk orang hidup didunia,bukan setelah mati,itulah makna ihdinas sirotl mustaqim,tunjukan jln yg lurus ad pd alQuran
Ad tahapn2 nya
1.Tadarus membaca
2.Tafaqur dipikirkan dipahami
3.Tadabur diulang lagi
4.Tasyakur diaplikasikan
Selamat mencoba
selama ini kita hanya bisa menerima/mengimani saja tanpa mau berpikir secara logis, saya rasa wajar2 saja jika zaman nabi2 dulu banyak pembangkang, karena nabi memang punya mukjizat yang sulit diterima oleh akal sehat pada saat itu
Assalamualaikum,maaf bapak2 saya mau mencelah sedikit….
pendapat saya…selagi tidak menduakanNya kita boleh mencari sesuatu ilmu,jawaban atau apa saja tetapi melalui Dia…sebagai contoh ilmu sains.Apa yang penting kenali Dia sebelum kalamNya…..insyaAllah berjaya…
wassalam….
Dari Melaka…
mungkin dengan dibukanya tabir yang membatasi manusia maka manusia akan dapat berkomunikasi seperti menggunakan teknologi 3G bahkan lebih canggih tanpa harus menggunakan peralatan cangih
hanya tuhan yang tahu
Wah kok masih aja ada yg gak mudeng/paham yg dimaksud penulis artikel ini.. Tulisan inikan kan cuma gambaran/perumpaan kecil yg masih bisa dipikir logika manusia skrg,karena menurut pemikiran sy jg teknologi yg sdh canggih didunia skrg ini terus berkembang,artinya didunia saja teknologinya sdh sangat canggih apalagi teknologi surga /kenikmatan surga yg belum pernah dilihat oleh mata, terbersit dihati ,didengar oleh telinga . Artinya sebagus/secanggih apapun teknologi yg ada didunia skrg atau nanti itu dgn perbandingan ilmu diakhirat hanya setetes air yg menempel di jari dgn air lautan.