Bermula dari Silsilah yang disusun oleh Kyai Sudja’, murid KHA Dahlan, yang bersumber dari dokumen Kitab Ahlul Bait. Diperoleh informasi Pendiri Muhammadiyah, Ki Haji Ahmad Dahlan merupakan keturunan Sunan Prapen (Sunan Giri ke-4), dengan rincian sebagai berikut :
Kyai Ahmad Dahlan bin Kyai Abu Bakar bin Kyai Muhammad Sulaiman bin Kyai Murtadha bin Kyai Ilyas bin Demang Jurang Juru Kapindo bin Demang Jurang Juru Sapisan bin Ki Ageng Gribig Jatinom (Maulana Sulaiman) bin Sunan Prapen (Sunan Giri IV).
Dengan semakin berkembangnya ilmu nasab, beberapa pihak mencoba meneliti kembali Nasab tersebut, dan hasilnya terdapat kejanggalan yakni jarak antara Sunan Prapen (semasa dengan kehidupan Sultan Hadiwijaya Pajang), dengan Ki Ageng Gribig (semasa dengan kehidupan Sultan Agung Mataram), terdapat jarak sekitar 2 generasi. Untuk mencari 2 generasi yang hilang itu, penyelusurannya dicoba dicari dengan meneliti beberapa silsilah yang beredar di masyarakat.
Kyai Dahlan, keturunan Sunan Giri dan Sunan Tembayat
Dari beberapa informasi yang di dapat, diketahui bahwa Ki Ageng Gribig terhitung sebagai keturunan Sunan Giri, melalui jalur ibunya yang bernama Raden Ayu Ledah atau RA. Seledah. Dan diduga ibu beliau ini, merupakan salah seorang anak dari Sunan Prapen. (Sumber : Makam Ki Ageng Gribig Jatinom Klaten, Simbah Kyahi Ageng Gribig Jatinom, Wisata Ziarah di Klaten (2)).
Setelah menemukan hubungan genealogy, antara KH. Ahmad Dahlan dengan Trah Sunan Giri (melalui jalur ibu), muncul pertanyaan bagaimana Silsilah KH. Ahmad Dahlan, melalui jalur ayah ?
Dari beberapa silsilah yang kami peroleh, Kyai Gribig memiliki nama Syekh Wasibagno Timur, merupakan putra dari Syekh Wasibagno III atau Raden Mas Guntur atau Bandara Putih atau Prabu Wasi Jaladara (Sumber : Kabupaten Klaten, Tradhisi Ya Qawiyyu, Simbah Kyahi Ageng Gribig Jatinom).
Dari sang ayahanda Ki Wasibagno III, hampir semua silsilah menyatakan sampai kepada Brawijaya. Banyak orang menduga Brawijaya yang dimaksud adalah Prabu Brawijaya V, yang merupakan Raja terakhir Majapahit.
Akan tetapi yang membingungkan dari semua Silsilah itu menulis Ki Ageng Gribig adalah keturunan ke-3 dari Brawijaya. Padahal jika kita menggunakan timeline, setidaknya beliau adalah keturunan ke-5 dari Prabu Brawijaya V.
Berdasarkan buku berjudul Benturan budaya Islam: puritan & sinkretis, Oleh Sutiyono, Ahmad Dzulfikar, Sutiyono. Di dalamnya diceritakan Ki Ageng Gribig, adalah keturunan ke-5 Brawijaya, dengan puteri Sunan Giri. Jika yang dimaksud Brawijaya disini adalah Raja terakhir Majapahit, jelas sangat keliru. Karena masanya cukup jauh diatas masa Sunan Giri, apalagi generasi anaknya.
Di dalam buku itu juga ditulis tentang Brawijaya yang masuk Islam dan meyebar Islam di daerah Bayat. Jadi jelas yang dimaksud Brawijaya disini adalah Sunan Bayat atau Sunan Tembayat, yang hidup sekitar 2 generasi setelah Prabu Brawijaya V, dan terhitung sebagai cucu menantunya (salah seorang istri Sunan Tembayat adalah Nyi Ageng Kaliwungu binti Sunan Katong bin Prabu Brawijaya V)
Bisa dibaca disini : budaya Islam: puritan & sinkretis, KORELASI TATA RUANG RUMAH KUNO DI KRAJAN KULON TERHADAP TATA RUANG KOTA KALIWUNGU
Dengan berpedoman kepada catatan Al-Habib Bahruddin Azmatkhan Ba’alawi, pada tahun 1979. Sunan Tembayat adalah putera Sayyid Abdul Qadir bin Maulana Ishaq. Ayahnya diangkat menjadi Bupati Semarang Pertama, atas arahan Sunan Giri, dan bergelar Sunan Pandan Arang.
Sementara ibu Sunan Tembayat adalah Syarifah Pasai, yang merupakan adik Pati Unus (Sultan Demak yang ke-2) (Sumber : SEJARAH & NASAB SUNAN BAYAT & SUNAN PANDANARAN).
Dengan berdasarkan kepada sumber-sumber silsilah yang ada, diperoleh Silsilah KH. Ahmad Dahlan (melalui jalur Sunan Tembayat), sebagai berikut :
Keterangan :
1. Silsilah Sunan Tembayat sampai kepada Rasulullah01. Sunan Tembayat @ Sunan Bayat @ Sunan Pandanaran II, menikah dengan Nyi Ageng Kaliwungu binti Sunan Katong bin Prabu Brawijaya V
02. Maulana Islam @Ki Ageng Pandanaran @Sunan Pandanaran I @Sayyid Abdul Qadir @Sunan Semarang, menikah dengan adik Pati Unus (Maulana Abdul Qadir) yang bernama Syarifah Pasai bin Raden Muhammad Yunus bin Syekh Abdul Khaliq al Idrus bin Syekh Muhammad Al Alsiy bin Syekh Abdul Muhyi Al Khayri bin Syekh Muhammad Akbar Al-Ansari bin Syekh Abdul Wahhab bin Syekh Yusuf Al Mukhrowi bin Imam Muhammad Al Faqih Al Muqaddam bin Ali Ba Alawi bin Muhammad Shohib Mirbath
03. Maulana Ishaq
04. Syeikh Ibrahim Asmoro
05. Jamaluddin Akbar
06. Ahmad Syah Jalal
07. Abdullah
08. Abdul Malik
09. Alwi Ammi Al-Faqih
10. Muhammad Shohib Mirbath
11. ‘Ali Khali Qasam
12. ‘Alwi Shohib Baiti Jubair
13. Muhammad Maula Ash-Shaouma’ah
14. ‘Alwi al-Mubtakir
15. ‘Ubaidillah
16. Ahmad Al-Muhajir
17. ‘Isa An-Naqib
18. Muhammad An-Naqib
19. ‘Ali Al-’Uraidhi
20. Ja’far Ash-Shadiq
21. Muhammad al-Baqir
22. ‘Ali Zainal ‘Abidin
23. Imam Husain Asy-Syahid
24. Fathimah Az-Zahra
25. Nabi Muhammad Rasulullah
2. Berdasarkan Silsilah yang dibuat Kyai Sudja’, Ki Ageng Gribig adalah keturunan Sunan Giri, melalui jalur laki-laki.Hal tersebut masih sangat mungkin terjadi, apabila Ki Ageng Gribig (II) yang dalam cerita di masyarakat, disebut manantu Sunan Giri IV/Sunan Prapen, sejatinya adalah anak dari Sunan Giri IV/Sunan Prapen.
3. Kisah seputar Ki Ageng Gribig yang beredar di masyarakat
01. Tentang Ki Ageng Gribig sebagai putra Brawijaya. Berdasarkan buku Benturan budaya Islam: Puritan & Sinkretis, yang dimaksud Brawijaya adalah Sunan Tembayat.
Sunan Tembayat memiliki putra bernama Wasibagno yang bergelar Ki Ageng Gribig I.
02. Tentang ibu Ki Ageng Gribig yang berasal dari trah Sunan Giri. Berdasarkan timeline, orang yang dimaksud adalah Raden Ayu Ledah binti Sunan Giri IV (Sunan Prapen) bin Sunan Giri II (Sunan Dalem Wetan) bin Sunan Giri (Maulana Ainul Yaqin), yang merupakan istri dari Ki Ageng Gribig II.
03. Tentang Ki Ageng Gribig, yang menjadi pelopor acara “Yaqowiyu”, yang dimulai pada sekitar tahun 1589 Masehi atau 1511 Saka. Orang yang dimaksud adalah Ki Ageng Gribig III, yang sekaligus juga guru Sultan Agung Mataram.
04. Tentang Ki Ageng Gribig, yang menikah dengan Raden Ayu Emas Winongan (adik Sultan Agung Mataram). Orang yang dimaksud adalah Ki Ageng Gribig IV, sekaligus juga orang yang berjasa dalam memadamkan gejolak politik di Palembang (tahun 1636 Masehi).
05. Tentang Ki Ageng Gribig, yang menjadi ayah dari Demang Juru Sapisan (terdapat di dalam silsilah yang dibuat Kyai Sudja’). Orang yang dimaksud adalah Ki Ageng Gribig IV.
4. Kisah dan Fakta, tentang Ki Ageng Gribig (III) pelopor acara “Yaqowiyu” di Jatinom Klaten :
1. Ki Ageng Gribig (III) pertama kali melaksanakan acara “Yaqowiyu”, sepulang dari ibadah haji, tepatnya tanggal 15 Sapar 1511 H (tahun 1589M).
2. Ki Ageng Gribig (III) diceritakan sebagai keturunan ke-5 dari Prabu Brawijaya V (raja terakhir Majapahit)
Urutan Silsilah….
= 00. Prabu Brawijaya V
= 01. Sunan Katong/Raden Jaka Pitutur/Raden Arakkali (adipati Ponorogo)
= 02. Nyi Ageng Kaliwungu (istri Sunan Tembayat/Brawijaya Wekasa)
= 03. Raden Jaka Dholog/Ki Ageng Jatinom/Resi Bagna/Wasibagno/Ki Ageng Gribig (I)
= 04. Pangeran Rangkaknyawa/Pangeran Watijiwa/Ki Ageng Pangkaknyana/Wasijiwa/Ki Ageng Gribig (II)
(Di dalam silsilah yang lain disebut Syekh Wasibagno III/Raden Mas Guntur/Bandara Putih/Prabu Wasi Jaladara, dan diceritakan memiliki istri bernama Raden Ayu Ledah/Raden Ayu Seledah keturunan Sunan Giri)= 05. Kyai Getayu/Ki Ageng Gribig (III)
(Di dalam silsilah yang lain disebut Syekh Wasibagno Timur/Syekh Wasihatno)3. Ki Ageng Gribig (III) adalah Guru Sultan Agung Mataram. Dan anaknya Ki Ageng Gribig (IV), membantu Sultan Agung dalam mengatasi gejolak politik di Palembang (tahun 1636M), serta menjadi adik ipar Sultan Agung Mataram.
Catatan Tambahan
(*) Berdasarkan kitab Al-Mausuu’ah Li Ansaab Itrati Al-Imam Al-Husaini, Jakarta: Penerbit Madawis, Cetakan 1, 2011…
Al-Imam Maulana Husain Jamaluddin Jumadil Kubro, dilahirkan pada tahun 1270 M di negeri Nasarabad, dan wafat di Wajo tahun 1453 M. Jadi usianya 183 tahun.
Melalui istrinya yang bernama Puteri Syahirah atau Puteri Selindung Bulan (Putri Saadong II) binti Sultan Baki Shah ibni al-Marhum Sultan Mahmud, Raja of Chermin dari Kelantan Malaysia (menikah tahun 1390M), beliau dikarunia-i 2 anak, yaitu :
– Sayyid ‘Ali Nurul Alam (lahir tahun 1402M)
– Sayyid Muhammad Kebungsuan (lahir tahun 1410M)
(Sumber : Al-Imam Husain Jamaluddin Akbar Jumadil Kubro bin Ahmad Syah Jalaluddin Azmatkhan)(*) Melalui penyelusuran yang dilakukan salah seorang keluarga KH. Ahmad Dahlan (sdr. Diah Purnamasari Zuhair), berkesimpulan bahwa Batara Katong, Sunan Geseng, dan Ki Ageng Gribig I, memiliki hubungan kekerabatan, namun mereka adalah orang yang BERBEDA.
Dengan alasan sebagai berikut :
1. Makam Batara Katong terletak di Jenangan-Ponorogo-Jawa Timur. Beliau memang tinggal di Jenangan. Makam tersebut terletak tidak jauh dari rumah adik ipar saya.
2. Sunan Geseng berasal dari Bagelen-Purworejo-Jawa Tengah. Makam Sunan Geseng terletak di daerah Gunung Kidul, yang biasa disebut Makam Jolosutro. Kalau membaca sejarah Sunan Geseng (Cokrojoyo I), maka beliau dikenal sebagai Ki Ageng Gribig III karena tinggal di Jatinom (dalam sejarah ditulis bahwa Ki Ageng Gribig III tinggal di Jatinom-Klaten-Jawa Tengah). Beliau juga yang menurunkan bupati-bupati Bagelen, dari putranya yang bernama Raden Joko Bumi, juga menurunkan Patih Cokrojoyo III (Adipati Danureja).
3. Makam Ki Ageng Gribig I terletak di Malang-Jawa Timur, yang jarak tempuhnya sekitar 2-3 jam dari Ponorogo.
Dari letak makam yang berbeda saja sudah bisa dipastikan bahwa Batara Katong bukan Ki Ageng Gribig I juga bukan Sunan Geseng. (Sumber : Diskusi Facebook).
Silsilah KH. Ahmad Dahlan (Berdasarkan revisi sdr. Diah Purnamasari Zuhair)…
(*) Pendapat jalur nasab KH. Ahmad Dahlan, melalui Sayyid Muhammad Kebungsuan, juga memiliki beberapa kelemahan.Mengidentifikasi Sayyid Muhammad Kebungsuan, adalah sosok yang sama dengan Adipati Andayaningrat (ayah Kebo Kanigoro/Batara Katong), sepertinya masih perlu diteliti lagi, dengan alasan…
(1). Kedua tokoh memiliki riwayat kehidupan dan masa periode kehidupan yang berbeda.
(2). Adipati Andayaningrat adalah putera dari Pangeran Bajul Segara, sejak kecil tidak bertemu dengan ayahnya. Sementara Sayyid Muhammad Kebungsuan, ketika kecil telah dibimbing ilmu keislaman langsung dari ayahnya Sayyid Husein Jamaluddin Akbar.
(3). Sayyid Muhammad Kebungsuan berdakwah ke berbagai tempat menyebarkan Islam, sementara Adipati Andayaningrat adalah seorang birokrat Kerajaan Majapahit
4). Berdasarkan Serat Kanda, Adipati Andayaningrat membela Majapahit saat berperang melawan Demak. Sementara Sayyid Muhammad Kebungsuan, tentu akan lebih berpihak kepada Demak, yang didukung oleh keluarganya (Sunan Ampel).
(*) Ada versi yang mengatakan Sayyid Muhammad Kebungsuan, ada 3 orang, yakni :
(1). Sayyid Muhammad Kebungsuan Malaka
(2). Sayyid Muhammad Kebungsuan Mindanau
(3) Sayyid Muhammad Kebungsuan JawaAdapun Silsilah Sayyid Muhammad Kebungsuan Jawa, adalah sebagai berikut :
1. Syekh Husain Jamaluddin Akbar Jumadil Kubra, menikah dengan Puteri Nizamul Muluk (Delhi India, menikah tahun 1309 M), memiliki putera bernama Maulana Muhammad Jumadil Kubra (lahir di Nasarabad India, tahun 1311 M).
Syekh Husain Jamaluddin Akbar Jumadil Kubro, wafat tahun 1453, di usia 183 tahun dan dimakamkan di Wajo Sulawesi.
2. Maulana Muhammad Jumadil Kubro, berdasarkan catatan KRT.Hamaminatadipura, adalah orang yang membuka Hutan Mentaok, menjadi sebuah pemukiman, yang dikemudian hari dikenal sebagai Mataram.
Maulana Muhammad Jumadil Kubra, sendiri kemudian dikenal dengan gelar Ki Ageng Mataram I. Makam beliau berada di Gunung Plawangan Turga Kaliurang Yogyakarta.
Salah seorang putera Maulana Muhammad Jumadil Kubro, bernama Maulana Ahmad Jumadil Kubro, yang dikenal sebagai Wali Songo Generasi I.
3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro, berdasarkan catatan Ki Ageng Walisuci, dalam Babad Mataram Islam, beliau adalah ayah biologis dari Abdurrahman Jumadil Kubra, dan setelah dewasa lebih dikenal sebagai Raden Lembu Peteng atau Ki Bondan Kejawan.
Syekh Maulana Ahmad Jumadil Kubro, lokasi makamnya berada di Troloyo Mojokerto. Berdasarkan catatan silsilah Roro Tenggok (Roro Sekar Rinonce) binti Ki Kebo Kanigoro, Syekh Maulana Ahmad Jumadil Kubro merupakan ayah dari Pangeran Handayaningrat (Jaka Sengara) atau dikenal juga sebagai Sayyid Muhammad Kebungsuan (Jawa).
4. Pangeran Handayaningrat (Jaka Senggara/Sayyid Muhammad Kebungsuan (Jawa)), merupakan suami dari Raden Ayu Retno Pambayun
Dari pernikahan ini, beliau memiliki putera bernama Ki Kebo Kenongo (Ki Ageng Pengging, ayahanda Jaka Tingkir) dan Ki Kebo Kanigoro (Kyai Ageng Purwoto Sidik Banyubiru).
5. Ki Kebo Kanigoro (Kyai Ageng Purwoto Sidik Banyubiru, Sukoharjo Jawa Tengah), dalam salah satu versi merupakan Leluhur dari KH. Ahmad Dahlan, pendiri Persyarikatan Muhammadiyah.
(*) Berdasarkan Tedhak Dermayudan, di daerah Gribik (Sengguruh Jawa Timur) bermukim seorang putra Sunan Giri bernama Pangeran Kedhanyang. Dikisahkan Pangeran Kedhanyang berhasil menahan serangan Adipati Sengguruh (Malang) di tahun 1535, sehingga daerah Jaha, Wendit, Kipanjen, Dinaya dan Palawijen masuk Islam.
Peristiwa peperangan antara Giri Kedaton dan Sengguruh (Malang) terjadi pada masa Sunan Giri II (Sunan Dalem), jadi kemungkinan Pangeran Kedhanyang adalah putera dari Sunan Giri II (Sunan Dalem) bin Sunan Giri I.
Apakah Pangeran Kedhanyang, kelak akan bergelar Ki Ageng Gribig I, yang kemudian menjadi leluhur Kyai Haji Ahmad Dahlan ? (sumber : ngalam.id). Selengkapnya pembahasan versi ini, bisa kunjungi : Misteri Ki Ageng Gribig, Leluhur Kyai Haji Ahmad Dahlan (Muhammadiyah) ?
(*) Kekerabatan Kyai Haji Ahmad Dahlan, dengan Keluarga Pondok Pesantren Gontor Ponorogo (Sumber : Silsilah Kekerabatan Kyai Haji Ahmad Dahlan (Muhammadiyah) dengan Keluarga Pesantren Gontor Ponorogo).
WaLlahu a’lamu bishshawab
Referensi Tambahan :
Reblogged this on Zulfitriansyah Putra.
Dalam penyelusuran yang kami lakukan, sepertinya jarak antara Ki Ageng Gribig dengan Sunan Tembayat, tidak terlalu jauh. Jadi perkiraan Ki Ageng Gribig adalah keturunan ke-5 dari Brawijaya (Sunan Tembayat), kemungkinan keliru…
Kita ketahui, Ki Ageng Gribig memulai acara “Yaqowiyu”, pada sekitar tahun 1589 Masehi atau 1511 Saka, jika saat itu beliau berumur 25 tahun, maka ia lahir sekitar tahun 1564 Masehi…
Sementara Sunan Tembayat menyerahkan tampuk pemerintahan kepada adik laki-lakinya, pada tahun 1512 Masehi, dan jika saat itu beliau berumur 45 tahun, maka ia lahir sekitar tahun 1467 Masehi…
Artinya ada jarak sekitar 97 Tahun, atau 3-4 generasi, atau dengan kata lain Ki Ageng Gribig adalah keturunan ke-3 (4) dari Brawijaya (Sunan Tembayat)…
Dari salah satu sumber, kami memperoleh silsilah sebagai berikut :
– Brawijaya memiliki putra Wasibagno atau Ki Ageng Gribig I
– Ki Ageng Gribig I, memiliki putra Pangeran Watijiwa atau Ki Ageng Gribig II
– Ki Ageng Gribig II, memiliki putra Kyai Getayu atau Ki Ageng Gribig III. Dan disebutkan Ki Ageng Gribig III adalah menantu dari Sunan Prabu Hanyakrawating Mataram, atau merupakan ipar dari Sultan Agung Mataram.
– Ki Ageng Gribig III, memiliki putra bernama Ki Ageng Gribig IV
– Ki Ageng Gribig IV, memiliki anak bernama Kyai Ageng Prabu (Kyai Ageng Kidul), Kyai Ageng Lor, Kyai AgengWetan, Kyai Ageng Sujud, Raden Ngabehi Kentol Alas dan Nyai Ageng Nitikprajaugi (Nyai Ageng Pegambiran).
Sumber :
Kami juga membandingkan dengan tahun kelahiran Sunan Prapen, yang dilahirkan sekitar tahun 1510 Masehi. Artinya antara Sunan Prapen dengan Ki Ageng Gribig, ada jarak sekitar 54 tahun atau sekitar 2 generasi.
Dengan demikian, kemungkinan Raden Ayu Ledah adalah putri dari Sunan Giri IV (Prapen), atau dengan kata lain Ki Ageng Gribig adalah cucu dari Sunan Prapen.
Mengenai hubungan Ki Ageng Gribig dengan Sultan Agung.
Beberapa sumber menyatakan Sultan Agung (lahir tahun 1593M) adalah murid dari Ki Ageng Gribig. Setelah Ki Ageng Gribig berhasil memadamkan gejolak di Palembang (tahun 1636 Masehi), beliau menikahkan adiknya Ratu Emas Winongan dengan beliau.
Kisah Sultan Agung murid Ki Ageng Gribig, masih bisa diterima. Akan tetapi pernikahan Ki Ageng Gribig dengan adik Sultan Agung, perlu diteliti lagi. Sebab pada saat itu, Ki Ageng Gribig sudah sangat sepuh. Bisa jadi yang dimaksud adalah salah satu anak Ki Ageng Gribig, yang juga mendapat sebutan (gelar) yang sama.
Wah bllognya sangat lengkap sekali trimakasih atas koreksinya atas silsilah Ki Ageng Gribig sebagai keturunan Sunan Giri, melalui jalur ibunya yang bernama Raden Ayu Ledah atau RA. Seledah. Dan diduga ibu beliau ini, merupakan salah seorang cucu dari Sunan Prapen. (Sumber : Makam Ki Ageng Gribig Jatinom Klaten, Simbah Kyahi Ageng Gribig Jatinom
Dibeberapa silsilah atau nasab nasab yang sering kita dapati, terutama nasab-nasab yang berkaitan dengan tokoh tokoh kesultanan atau walisongo memang banyak sekali sering saya jumpai catatan catatan nasab yang terindikasi kehilangan beberapa generasi, hal itu dikarenakan berbagai faktor, faktor yang paling utama adalah karena lemahnya pencatatan nasab dari beberapa keluarga yang berhubungan dengan nasabnya, dari dulu saya juga merasa janggal, kenapa KH Ahmad Dahlan Hitungan generasinya ada yang hilang, tidak itu saja, KH Hasyim As Ary dalam beberapa sumber, kalau saya amati ternyata nasabnya ada beberapa yang sepertinya hilang atau mungkin tidak tercantum, seperti yang kita tahu bahwa kebanyakan, zuriah Rasulullah SAW, pada masa sekarang banyak masuk dikisaran generasi 40, 41 dan 42…kalau kurang dari itu misalnya 35 atau 36 berarti ada generasi yang hilang…..salut terhadap kanzum qalam dalam kajian ilmu nasabnya…salam silaturahmi dari al faqir…..
siip….sangat bermanfaat
buseeet, jauh banget ya gan silsilahnya.. Keturunan Wali Songo ternyata..
kalo saya keturunan nabi gan,, Tp keturunan ke berapa udah lupa.. 🙂 keturunan Nabi Adam pastinya..
Saya percaya aja kalo kyai ahmad dahlan masih keturunan sunan…..
Wah….klo memang bnar adanya silsilah tsb..brti KH.HASYIM ASYARI DG KH.AHMAD DAHLAN.msh ada iktan klurga lah…subhanalloh…kl bgtu y pntes lah kl beliau2 sngat brpngaruh d dlm masyarakat..dg adny bukti NU DAN MUHAMIDIYAH…..br bca q artikel ini…mantap gan..
Dan yang harus kita ingat , bahwa siapapun kita jika mengaku Hamba Allah. SWT dan cinta pada Nabi Muhammad SAW sudah barang tentu kita akan mengikuti hal-hal yang diajarkan Rasulullah dan bukannya bikin-bikin ato mengada-ada ajaran sendiri yang seolah-olah dianggap ibadah … dengan kata lain Itba’ rasul , Oke
Benar Bung, Cinta pada rasulullah bukan berarti kita harus bikin acara meriah ataupun menyanjung-nyanjung Rasulullah secara berlebihan saat hari lahir Rasulullah , cara yang benar untuk menunjukkan bahwa kita cinta Rasulullah ya kita kudu ngikutin ajarannya, karena dng berpegang ajaran Rasulullah dijamin kita akan selamat di dunia dan ahirat dan gak bakalan tersesat. Nambah-nambah ajarannya berarti mereka tidak Cinta Rasulullah bahkan sebaliknya justru akan menyesatkan diri …..
mantep artikelnya,
tapi sayang yg komen selalu merasa benar dg golongannya masing2.
kalau saya pribadi hanya mau berpegang sama al qur’an & al-hadist.
apa arti bendera perbedaan ?kalau perintah yang fardhu di tinggalkan?
meskipun keturunan ”gembel” kalau Ikhlas menjalankan kewajibanNYA ”Insya Allah Ahli surga”
pada dasarnya semua manusia sama satu keturunan ”Adam & Hawa”
Berarti kita semua adalan saudara donk..!!
mantaapp ada bahas dzuriyat leluhur #sejarah baru
saya sangat bernyukur mengetahui ini,,,
yang saya tahu nabi muhammad cuma menjamin keturunannya ada (nyambung)sampai hari kiamat , gak menjaminin masuk surga kok…….bagaimana menurut anda…?
Brati klo begitu KH Ahmad Dahlan msh kturunan Nabi Muhammad Ya?brati gelar habib jg?mntap
:D. .kan ktrangan nya,sdh cukup lengkap dan jelas. .gan? .
Good…..Bagan Silsilah terakhir mendekati kebenaran 90%…..Ki Ageng Gribig I alias Sunan Geseng alias Kebo Kanigoro alias Bethoro Khatong I Adipati Ponorogo kakak adik dgn Kebo Kenongo ( Ki Ageng Penging ) putra dari Prabu Handayaningrat Penging / Adipati Pajang. Ki Ageng Gribik I adalah cucu dari Brawijya V dari pernikahan Prabu Handayaningrat Penging dgn Putri Brawijaya V. Jadi kita menyebutnya cucu Brawijaya V. Masa hidup Ki Ageng Gribik betul sejaman dgn Sunan Tembayat alias Sunan Pandanaran, krn salah satu putri Ki Ageng Gribik I ( Bethoro Khatong ) di nikahin ole Sunan Tembayat yaitu Nyai Ageng Kendal Kaliwungu. Pada Masa Kediri /Ponorogo di serbu Demak Bintaro dan Sunan Kalijaga mencari cari Syeikh Siti Jenar hingga ke kediri……….Hampir sebagian klrg Bethoro Khatong Ponorogo ini melarikan diri ke Klaten Jawa Tengah mengikuti menantunya ( Sunan Tembayat yg duluan berada disana menetap bersama Nyai Kendal Kaliwungu ). Sedang dari data Kerajaan Malaysia…Nama Lain dari Prabu Handayaningrat menantu Prabu Brawijaya V adalah Syarief Muhammad Kebungsuan Kelantan bin Syeikh Jumadil Qubro ( data sy pegang ada 4 lembar ).
bagan silsilah mohon di lengkapi / tulis (data 4 lembar ) di laman ini agar kami dapat tau, thank,s
baru tau gan ketrurunan ne kanjeng nabi pake bahasa dan nama jawa gimana bagan silsilah dalam tulisan arabnya gan ?? hahhaaaa
Assalamu’alaikum WrWb, 21012016, SMKN, RJP
Sangat menarik jalan ceritanya
Assalamu alaikum Wr Wb
Saya pernah mendengar Sunan Giri bergelar Raden Panji Sekar mempunyai Saudara yang bernama PANGERAN RATU ANOM yang beristri dengan RATU PALEMBANG SARI dari Sriwijaya dan melahirkan anak yang bernama PANGERAN PEMANGGUNG (Temanggung ?) yang beristri dengan PUTRI INTAN SARI melahirkan anak yang bernama PANGERAN SAMUDRA atau SULTAN SURIANSAYH (Raja Islam I di Banjarmasin), apa benar ini …… mohon penjelasannya, tks …… Wassalam
keturunan Rasulullah SAW tersebar dan menjadi Da’i penyebar Islam terutama di Nusantara. Mereka datang dan menikahi Puteri-Puteri Pribumi (Orang Arab menyebut masyarakat Indonesia dengan istilah Ahwal; artinya saudara dari Ibu)…. nama mereka di beberapa dikenal dengan nama tempat seperti : Mbah Priok, Mbah bayun, termasuk yang di Borneo (Kalimantan), Sulawesi, Sumbawa, Flores, Maluku, dan sebagian di Papua terdapat keturunan Rasulullah.
Ki ageng walisuci itu siapa ya? Trus buku babad mataram islam itu penulisnya siapa? Apakah beda dengan babad tanah jawi?