Bukti Dinasti Ming, adalah Kekaisaran Muslim yang membangun Peradaban di Tiongkok selama 300 tahun?

Negeri China (Tiongkok) pernah berada dalam pemerintahan Dinasti Ming, selama hampir 300 tahun (1368–1644). Sejarah mencatat Pendiri Dinasti,  Kaisar Hong Wu (Zhu Yuanzhang), memiliki kontribusi yang sangat besar terhadap perkembangan Islam di China.

Hal ini membuat banyak pihak mempertanyakan, apa sesungguhnya agama (keyakinan) yang dipeluk oleh keluarga kekaisaran ini ?

kaisar1
Bukti Keluarga Dinasti Ming adalah Muslim

Yusuf Chang, seorang Muslim Tionghoa asal Taiwan, menyajikan bukti-bukti, bahwa Sang Kaisar adalah seorang pemeluk Islam.

Inilah bukti yang ia sampaikan :

1. Ketika Zhu Yuanzhang masih muda, keluarganya tewas dikarenakan bencana kelaparan, kemudian ia menguburkan mereka dengan membungkus mereka dalam kain putih. Pembungkus dengan kain putih adalah kebiasaan Muslim.

2. Sahabat terdekat Zhu Yuanzhang adalah Muslim. Dengan demikian, Dinasti Ming didirikan oleh Umat Islam.

3. Zhu Yuanzhang mengesahkan undang-undang yang ketat melarang minuman anggur. Minuman yang memabukkan sepeti anggur, sangat terlarang dalam Islam.

4. Permaisuri Ma (permaisuri Zhu) adalah seorang muslimah. Dia telah secara pribadi menyiapkan makanan untuk Zhu, bahkan setelah ia menjadi Kaisar.

5. Warna Kerajaan dari Dinasti Ming adalah Hijau, ciri warna yang melambangkan Islam.

6. Zhu Yuanzhang memerintahkan pembangunan sebuah Masjid di Nanjing segera setelah ia naik tahta dan dia secara pribadi menulis sebuah puisi memuji Islam dan Nabi Muhammad. Puisi ini dilihat oleh umat Islam sebagai kesaksian Iman dari Kaisar Zhu.

7. Banyak Muslim mendapat kedudukan tinggi selama kekuasaan Dinasti Ming. Salah satunya adalah Laksamana Cheng Ho, yang armadanya berlayar ke Mekkah, melaksanakan ibadah Haji.

8. Dinasti Ming menjalin hubungan baik dengan negara-negara Muslim. Hal ini dikarenakan Dinasti Ming adalah Muslim dan agama dari keluarga Kerajaan Ming adalah Islam.

9. Kalender Islam menjadi kalender resmi selama Dinasti Ming.

WaLlahu a’lamu bishshawab

Catatan Penambahan :
1. Inilah Puisi (Poem) dari Kaisar Hong Wu, yang memuji Islam dan Nabi Muhammad… (sumber : alsiraat.co.uk)

puisi1
2. Pembuktian Keluarga Dinasti Ming adalah Muslim, juga mendapat sanggahan dari beberapa pihak, diantara pada artikel berikut : Is it a fact or speculation that the Ming Dynasty is Muslim?

Sumber :
1. Dinasti Ming (wikipedia)
2. Kaisar Hongwu (wikipedia)
3. Catatan TiongHoa Indonesia (Facebook)

Artikel Menarik :
1. Misteri Pemeluk Islam Pertama di Nusantara
2. Armada Laksamana Cheng Ho dan Sejarah Pempek Palembang ?
3. [Misteri] Keberadaan Leluhur Nusantara di Gua Shandingdong (China), sekitar 10.000 tahun yang silam?
4. Misteri Ajaran Kapitayan, Jejak Monotheisme Nabi Nuh dalam Keyakinan Purba masyarakat Nusantara?

Iklan

5 responses to “Bukti Dinasti Ming, adalah Kekaisaran Muslim yang membangun Peradaban di Tiongkok selama 300 tahun?

  1. oh gitu toh… nice info…

  2. Sistem dagang org2 chinese mengadopsi dari sistem org2 muslim

  3. Bukti lain..Ming dalam bhs Cina adalah Muhammad

  4. Argumentasi yang sangat lemah. Niat bagus berdakwah, kalau data salah justru hasilnya malah kontraproduktif.

    Ini bantahannya.

    Tadi siang menjelang sore, seorang teman mengangkat persoalan mengenai Islam di Zhongguo dalam conference YM. Salah satu yang diklaim sebagai muslim adalah Permaisuri Ma (Ma Xiuying, permaisuri Zhu Yuanzhang). Tentang klaim seperti itu sebelumnya saya pernah dengar, termasuk Huang Feihong dan Hakim Bao yang diisukan muslim. Tapi untuk dua tokoh tersebut belum pernah saya selidiki kebenarannya. Hari ini, karena penasaran saya mencoba searching lebih lanjut. Dan ternyata tidak hanya Empress Ma yang diisukan muslim, kaisarnya sendiri, Emperor Hongwu, kaisar pendiri dinasti Ming juga, dan bahkan mereka diisukan berasal suku Hui, bukan Han. Marilah kita menelaah isu tersebut.

    Begini ceritanya….

    1. Ahli sejarah luar negeri Li Dongming dalam tulisan Penjelasan Detail Tentang Dinasti Ming mencatat:

    “Dia (Zhu Yuanzhang) adalah anak rakyat jelata, pada usia 17 tahun, yaitu tahun ke-4 pemerintahan Kaisar Yuanshun, terjadi bencana kekeringan dan penyakit melanda kampung halaman di Anhui, Fengyang. Ayah (Zhu Shizhen), ibu (Marga Chen), dan kakak tertua (Zhu Xinglong) meninggal berurutan dalam beberapa hari. Di rumah tidak ada uang, tidak mampu membeli 3 buah peti mati, apalagi tanah kuburan. Untung ada tetangga bermarga Liu yang baik hati, memperbolehkan dia dan kakak kedua (Zhu Xingsheng) membungkus jasad ayah, ibu, dan kakak pertama dengan kain putih dan dimakamkan di sebuah sudut tanah makam keluarga Liu.”

    Menurut tradisi suku Han, peti mati keluarga kaya terbuat dari kayu fir (杉木); keluarga menengah terbuat dari kayu biasa; keluarga miskin menggunakan peti dari papan tipis sedangkan keluarga sangat miskin membungkus jasad dengan menggunakan alang-alang (芦苇) lalu dikubur di tanah kosong. Jika keluarga Zhu adalah orang Han, mengapa tidak menuruti tradisi suku Han, namun justru menggunakan kain putih? Padahal harga kain putih lebih mahal dibanding papan tipis maupun alang-alang. Mengapa keluarga Zhu yang miskin justru memilih bahan yang lebih mahal ini? Karena agama Islam memiliki aturan bahwa jasad harus dikebumikan dengan dibungkus kain putih (kafan).

    Fakta: Monumen bakti yang ada di makam kaisar Ming ditulis atas perintah Zhu Yuanzhang. Salah satu kalimatnya berbunyi: “… ingin mengubur tak ada peti, hanya dibalut dengan pakaian robek ….”. dengan demikian Zhu Yuanzhang mengatakan bahwa ia membungkus jasad dengan pakaian robek, bukan seperti klaim di atas. Selain itu, Penjelasan Detail Tentang Dinasti Ming sebenarnya mencatat: “memperbolehkan dia dan kakak kedua (Zhu Xingsheng) membungkus jasad ayah, ibu, dan kakak pertama dengan baju bekas dan dimakamkan di sebuah sudut tanah makam keluarga Liu”. Dengan demikian, pembuat klaim mengubah baju bekas menjadi kain putih.

    2. Sejarah Ming mencatat: “Kaisar Taizu sebatang kara dan tidak memiliki tempat berlindung, maka menjadi biksu (僧) di Kuil Huangjue (皇觉寺)”. Tapi sesungguhnya Kuil Huangjue bukanlah kuil Budha atau Tao, melainkan adalah sebuah masjid. Yang dimaksud dengan biksu sebenarnya adalah mualaf di masjid. Nama Kuil Huangjue ini pun sebenarnya diberikan oleh Zhu Yuanzhang sendiri setelah naik tahta, yang memiliki arti di kuil inilah Kaisar (皇) mendapatkan pencerahan (觉醒). Kuil ini terletak di luar pintu timur kota Fengyang, bangunannya berada di barat dan menghadap ke timur. Menurut tradisi Zhongguo, bangunan kuil Ru, Budha, dan Tao biasanya berada di utara dan menghadap ke selatan. Sedangkan masjid Islam semuanya berada di barat menghadap ke timur, karena umat Islam beribadah dengan menghadap ke arah Mekkah.

    Fakta: Zhu Yuanzhang pernah berkata: “Menyembah Budha di Pintu Kekosongan (空门), keluar masuk kamar biksu.” Ada lagi catatan bahwa Kaisar Hongwu tidak menyukai kata “guang”(光) yang artinya: bercahaya atau bisa juga untuk menyebut kepala gundul. Bukankah menjadi mualaf tidak harus menggunduli kepala? Karena itu, klaim tersebut tidak sesuai dengan catatan ini.

    Lalu, Kuil Longxing yang juga disebut Kuil Besar Longxing, terletak di bawah Gunung Di Yi (第一山; artinya: gunung nomor satu) di sebelah utara Fengyang. Nama lama kuil tersebut adalah Kuil Yuhuang, adalah tempat Kaisar Hongwu menjadi biksu. Kuil ini dibangun kembali pada tahun 1383, dan Zhu Yuanzhang sendirilah yang menuliskan huruf pada batu/prasasti Kuil Longxing ini kemudian membuat Peraturan Biksu Kuil Besar Longxing. Kuil tersebut memiliki nama dan lokasi dapat dibuktikan. Apakah Masjid yang disebut pembuat klaim bisa dibuktikan letaknya?

    3. Sayyed Ali Akbar dari Persia pada tahun 1500 berkunjung ke Zhongguo. Pada tahun 1516, ia menuliskan buku yang berjudul Catatan Perjalanan Ke Zhongguo. Di dalamnya tercatat:

    “Di dalam istana, ada masjid yag khusus digunakan oleh Kaisar. Pada hari Jumat, Kaisar pergi untuk beribadah di masjid luar kota. Juga banyak pejabat beragama Islam yang berjasa dan dihargai oleh Kaisar. Dari berbagai tingkah laku kaisar, dapat dilihat bahwa beliau telah memeluk agama Islam. Hanya saja, ia tak dapat mengakuinya dengan terang-terangan karena tidak sesuai dengan adat dan budaya bangsanya.”

    Fakta : Pada halaman 64 Catatan Kaisar Wuzong tercatat bahwa “Kaisar sangat ahli mengenai kitab Budha dan bahasa Sansekerta (佛经、梵语无不通晓).” Buku ini merupakan karangan Ali Akbar. Pada bukunya versi terbitan tahun 1988 di halaman 40, tertulis bahwa Kaisar Zhengde beragama Budha: “Kaisar Zhongguo menganggap dirinya sebagai murid Sakyamuni, ini adalah satu-satunya yang dipercaya olehnya.” Sedangkan larangan makan babi baru dikeluarkan pada tahun ke-14 pemerintahannya (lihat Ming Hui Dian bagian 116). Kaisar Zhengde memang pernah mempelajari berbagai macam agama, namun yang paling dikuasainya adalah agama Budha Tibet, bukan Islam.

    4. Menu makan Zhu Yuanzhang. Pada rapat ke-10 pembahasan sejarah dinasti Ming, pengamat sejarah dari Taiwan, Qiu Zhonglin menunjukkan menu yang ditemukannya dari Catatan Zaman Dinasti Ming. “Udang asam cabe, angsa bakar, kambing, daging angsa, perut kambing, ayam tim 5 rasa, tulang kambing, …… ” (banyak kambing, tidak ada babi). Ini adalah menu makan siang Zhu Yuanzhang pada suatu hari di bulan ke-6 tahun 1384.

    Fakta: Pada rapat yang sama, orang yang sama juga menunjukkan menu santapan pagi Zhu Yuanzhang berupa: “daging kambing goreng, angsa kukus, babi goreng sayur, ……”

    Dapat dilihat bahwa Zhu Yuanzhang memang suka daging kambing, tapi ia juga pemakan babi.

    Permaisuri Ma dalam film Dajiao Huangho (baidu.com)
    5. Di antara para jenderal anak buah Zhu Yuanzhang banyak terdapat suku Hui. Pada jaman akhir dinasti Yuan, suasana politik sangat panas dan sensitif, bagaimana serombongan prajurit suku Hui bisa bergerombol bersamanya? Istri Zhu Yuanzhang bermarga Ma (马), kakinya tidak diikat, ini sudah menjelaskan semuanya. Di antara 10 orang suku Hui, 9 di antaranya bermarga Ma, dan wanita suku Hui tidak mengikat kaki. Dan pada saat itu, suku Hui sangat jarang mau menikah dengan suku lain. Di masyarakat beredar perkataan “10 orang hui melindungi 1 Zhu” (十回保一朱). Yang dimaksud adalah Chang Yuchun, Hu Dahai, Feng Guoyong, Feng Sheng, Ding Dexing, Lan Yu, Mu Ying, Hua Yun, Li Wenzhong, dkk.

    Fakta: Zhu Yuanzhang saat itu adalah biksu miskin. Permaisuri Ma tentunya juga tak jauh berbeda. Jadi apakah tidak mengikat kaki pasti berarti suku Hui? Kita tidak sebegitu pede untuk mengatakan bahwa Permaisuri Ma dijamin 100% suku Han asli. Namun faktanya, pada saat itu masih banyak sekali wanita suku Han di daerah-daerah yang tidak mengikat kaki, misalnya dari suku Ke Jia (Hakka).

    Lagipula, di antara 10 orang suku Hui, ada 9 yang bermarga Ma. Mengapa di antara jendral-jendral yang disebutkan di atas tidak ada satupun yang bermarga Ma? Terkait Chang Yuchun, Lan Yu, dan Hu Dahai, mereka memang belum dapat ditemukan bukti kesukuannya. Sedangkan Mu Ying aslinya bermarga Duanmu. Keluarganya di kampung halaman memiliki kebiasaan memelihara babi untuk tahun baru. Berdasarkan hal ini, mungkinkah ia seorang muslim? Sedangkan Feng Sheng (冯胜) dan Ding Dexing(丁德兴) adalah orang Dingyuan. Dimana menurut catatan wilayah Dingyuan, marga-marga orang Hui di Dingyuan adalah: Mu (穆), Ma (马), Yang (扬), Mi (米), Hu (忽),Wang (王), An (安), dan Du (杜). Dengan demikian jelas bahwa tidak ada marga Feng dan Ding di suku Hui.

    Sebenarnya kalau mau diteruskan (search dan translate-nya), masih ada beberapa bantahan lagi mengenai klaim ini. Tapi saya rasa sudah tidak perlu. Lima poin di atas saya anggap sudah cukup untuk mematahkan upaya klaim terhadap agama dan suku kaisar pendiri dinasti Ming. Sebenarnya, masalah yang saya tekankan bukan tentang muslimnya atau sukunya pun hal lain, melainkan pembelokan fakta. Kalau memang beliau seorang muslim, tidak ada masalah bagi saya untuk mengakui. Bagaimanapun juga, beliau adalah kaisar leluhur saya. Mohon hargai kepercayaan dan kesukuan beliau.

    By : Jianying
    http://web.budaya-tionghoa.net/index.php/item/3674-benarkah-kaisar-hongwu-dan-permaisuri-ma-adalah-suku-hui-dan-beragama-islam

    1. Wrapping the dead in white clothes is a Muslim custom.
    No. This thinking is too ethnocentric. In fact, Chinese have been wearing white clothes to funeral or to bury their dead long before the Ming dynasty, and this custom is still alive today in China, Japan, and Korea on limited occasions. Sometimes, when white clothes were unavailable, they’d wrap the dead with this “colour.”

    ​The Manchurian Qing dynasty continued this custom.

    ​Even today, many people still wear the traditional funeral attires. However, this is often worn by the closest relatives and associates. Others just wear black suits.

    I know which country you are thinking of, but it does not start with the letter J. This is in Hongkong, China.

    By the way, taking photos of people wearing funeral attires on their funeral day might be considered improper and disrespectful. Although some people care less nowadays, please do not do it without their permission. If you must take photos of them for some reason, try to bring up the topic less directly and be prepare to get rejected.

    2. Zhu Yuanzhang’s closest associates were Muslims. Thus, the Ming dynasty was founded by Muslims.
    Nope. Zhu Yuanzhang executed most if not all of his closest associates in order to consolidate his power.

    3. Zhu Yuanzhang passed a strict law forbidding ‘wine’.
    Zhu Yuanzhang did not forbid drinking of wine and, in fact, he ate pork with it. We can find evidences in historical documents that he indeed committed such atrocity against the peaceful, harmonious swinekinds.

    4. Empress Ma (Zhu’s consort) was a Muslim. She had personally cook all the meals for Zhu, even after he had become the Emperor.
    The names of Empress Ma’s parents are unknown and any claims that she is a Muslim is pure speculations. Empress Ma originally came from Suzhou, Anhui and was adopted by Guo Zixing.

    5. The royal colour of the Ming dynasty was green, the colour which symbolizes Islam.
    No. The royal colour of the Ming dynasty was not green. It was actually a kind of red called zhu (朱), and you can probably guess from Zhu Yuanzhang’s surname why he chose this colour…

    *Hint: many emperors were narcissists.

    To see this colour, go to #ff4c00 hex color or look below:

    (it will not work if you are colourblind)

    6. Zhu Yuanzhang ordered the building of a mosque in Nanjing soon after he ascended the throne and he personally wrote a poem praising Islam and Prophet Muhammad. This poem is seen by Muslims as the ‘syahada’ the testimony of Zhu’s faith in Islam.
    Zhu Yuanzhang treated most major religions pretty well except for Manichaeism and Nestorian Christianity, because he thought religions were useful tools to maintain stability and further his power status and reputation as an emperor. By the way, to be fair, Zhu also tolerated Judaism, but at the end of the day he favoured Chinese Buddhism, Confucianism, and Taoism, and made the use of these three teachings into his policies (儒、釋、道三教並舉).

    By the way, ancient Chinese did not differentiate religions from philosophies or ideologies. To them, they were all simply “teachings” (教). The concept of “religion” came to China much later through reborrowing from wasei kango usage.

    7. Many Muslims rose to high ranks during the Ming dynasty.
    I can easily say the same for Han Chinese who rose to high ranks, but the point is that it really has to do with new demographics left by the Mongolian Yuan dynasty.

    During the Mongolian Yuan dynasty, many Muslims migrated and settled in China. The Ming dynasty had no reason to expel them as long as they prove beneficial and not rebellious. In fact, a lot of Muslim factions in China proved to be extremely loyal to the Ming emperor, and many were fierce warriors and generals.

    However, there were laws to encourage Muslims assimilate into Han Chinese. Muslims were required to marry Chinese, but Chinese did not hav… (more)

    Goh Kok Swee
    Goh Kok Swee, Reliability Engineer at REC Solar (2017-present)
    Answered Apr 29, 2015
    Will Muslims stop claiming that everything that has a great legacy is Muslim?

    The Islamic Golden Age was well, Muslim. Fair enough.

    The Delhi Sultanate that killed millions of Hindus for being polytheists was also Muslim. Without a doubt. Try that for a change.
    https://www.quora.com/Is-it-a-fact-or-speculation-that-the-Ming-Dynasty-is-Muslim

  5. Blog yang menarik, mengingatkan saya akan Beijing di Ming Tombs, Kaisar Yongle memilih lokasi penguburannya dan mendirikan makamnya di sini, yang dinamakan Changling Tomb.
    Saya mencoba menulis blog tentang hal ini, semoga anda juga suka https://stenote-berkata.blogspot.com/2018/10/beijing-di-ming-tombs.html.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s