Sejarah mencatat, pada tahun 1636 M, Kerajaan Palembang mengalami kegoncangan politik. Kemelut ini terjadi, bermula saat Penguasa Palembang, Pangeran Made Sokan (Raden Aria) wafat tanpa meninggalkan ahli waris (sumber : sistem penggantian sultan palembang, Politik Kekuasaan Palembang, The Royal Line of the Palembang Sultanate).
Keponakan Raden Aria, yakni anak dari saudara perempuannya “Pangeran Depati Anom Jambi” merasa berhak atas tahta negeri Palembang. Keinginan Pangeran Jambi mendapat penolakan dari keluarga keraton Palembang (sumber : Dari Zaman Kesultana Palembang. P. De Roo De Faille, hal. 21 ; Silsilah Kesultanan Palembang, Atlas Pelabuhan Bersejarah Indonesia).
Dalam situasi yang belum stabil ini, VOC mencoba untuk menanamkan pengaruhnya dalam Kerajaan Palembang. Gelagat ini, sepertinya mengkhawatirkan Kerajaan Mataram, rival VOC pada masa itu. Sultan Agung kemudian mengirimkan armadanya ke Palembang, di bawah pimpinan Ki Ageng Gribig (sumber : Misteri Ki Ageng Gribig, Leluhur Kyai Haji Ahmad Dahlan (Muhammadiyah), Sultan Agung Mataram).
Hadirnya armada Mataram, nampaknya telah membuat surut niat Pangeran Jambi untuk berkuasa. Pemerintahan Negeri Palembang, kemudian dipegang oleh keponakan Pangeran Made Sokan, yang bernama Pangeran Seda ing Kenayan bin Kimas Adipati (sumber : Di balik Kejayaan Palembang, Sejarah Palembang).
Catatan :
1. Pangeran Depati Anom (Jambi), merupakan suami dari Ratu Mas Dipati Anom, puteri dari Pangeran Made Sokan. Pangeran Depati Anom adalah putera Ratu Mas Adipati (Palembang) yang menikah dengan Penguasa Jambi, Sultan Abdul Kahar.
Ratu Mas Adipati, adalah puteri dari Ki Gede ing Suro Mudo. Berdasarkan catatan silsilah Palembang, anak-anak dari Ki Gede ing Suro Mudo adalah :
1. NYAI GEDING PEMBAYUN bersuami TUMENGGUNG MONCONEGORO
2. RATU MAS ADIPATI bersuami di SULTAN ABDUL KAHAR JAMBI
3. KIMAS ADIPATI
4. PENGERAN MADE ANG SOKO
5. PENGERAN MADE ALIT (KETIB ABANG)
6. PENGERAN MADE SOKAN (SIDING PURO)
7. KIYAI MAS KEMBAR
8. NYIMAS KEMBAR
Setelah Sultan Abdul Kahar wafat, saudara Pangeran Depati Anom Jambi, diangkat menjadi penguasa, dengan gelar Sultan Agung Abdul Jalil.
Di masa Sultan Abdul Jalil, VOC mendapatkan monopoli perdagangan lada, dan menjadi awal mula penetrasi politik VOC Belanda, ke dalam pemerintahan Kesultanan Jambi.
2. Pada abad ke-17, terjadi rivalitas yang cukup tajam antara VOC Belanda dengan Kesultanan Mataram Islam. Puncak revalitas terjadi pada tahun 1628 dan 1629, yang ditandai penyerbuan Mataram ke pusat VOC di Batavia (sumber : wikipedia.org).
WaLlahu a’lamu bishshawab
Artikel Menarik :
1. [Misteri] Kesaksian selama 14 malam berada di Makam Rasulullah
2. Bukti 21,5% Penduduk Dunia, adalah keturunan Sundaland (Nusantara) ?
3. Fenomena Dimas Kanjeng, dan Penelitian Mutahir Teleportasi Materi ?
4. [Penjelasan Logis] Misteri Kubah Makam Nabi Muhammad, yang berubah menjadi Kemerahan?