Di dalam lampiran buku Perintis Sastera karya Dr. C. Hooykaas, terjemahan Raihoel Amar gl. Datoek Besar. J. B. Wolter, terdapat halaman khusus Prasasti (Naskah) Matari Singa Jaya Himat.
Naskah Matari Singa Jaya Himat, diperkirakan dibuat pasca runtuhnya Kedatuan Sriwijaya, sampai menjelang era Kerajaan Islam di Palembang. Naskah ini, tertulis pada lempeng tembaga, ber-aksara Rencong (Kaganga), menggunakan Bahasa Melayu dan ada pengaruh Bahasa Jawa.
Penguasa Kuno Negeri Palembang
Pada Naskah Matari Singa Jaya Himat yang diperkirakan berasal dari abad ke-13 sampai 15 Masehi, jelas-jelas menyebut nama Palimbang (Palembang), yang berada dalam pengaruh Ratu Bukit Sagutang (Bukit Siguntang).
Istilah Ratu Bukit Siguntang, merupakan gelar bagi Penguasa Palembang sebelum masa pemerintahan Adipati Ario Dillah (1440-1486), yang merupakan perwakilan Penguasa Majapahit.
Bahkan istilah ini, kemungkinan telah muncul tidak lama setelah Kedatuan Sriwijaya terpecah menjadi kerajaan-kerajaan kecil, selepas serangan Kerajaan Chola pada tahun 1025 M.
Dengan demikian, tidak menutup kemungkinan Naskah Matari Singa Jaya Himat, merupakan salinan dari naskah yang jauh lebih tua.
Legenda Masyarakat Palembang
Berdasarkan Legenda Palembang, selepas masa Kedatuan Sriwijaya, Negeri Palembang dipimpin Raja Sulan Penguasa Bukit Siguntang. Raja Sulan memiliki 2 (dua) orang putera bernama Sultan Alim (Raja Alam) dan Sultan Mufti (Raja Mughni).
Sepeninggal Raja Sulan, Kerajaan Bukit Siguntang ini terpecah menjadi 2, yakni Bukit Siguntang (Pedalaman) yang dipimpin oleh keturunan Sultan Alim (Raja Alam), dan Bukit Siguntang (Pesisir) yang dipimpin oleh keturunan Sultan Mufti (Raja Murgni).
Dikemudian hari, Bukit Siguntang (Pedalaman), terpecah lagi menjadi Kerajaan Pagaruyung, Dharmasraya, Gasib (siak) dan Kerintang (Indragiri). Sementara Bukit Siguntang (Pesisir), berpindah pusat kerajaannya ke wilayah Lebar Daun, sehingga pemimpinnya dikenal sebagai Demang Lebar Daun.
Diperkirakan setelah 3 generasi berlalu, Bukit Siguntang Palembang kedatangan Sang Sapurba yang kelak merupakan leluhur raja-raja Melayu. Singkat cerita, Sang Sapurba menikah dengan Wan Sendari, puteri Demang Lebar Daun (III) (sumber : Legenda Bukit Siguntang dan [Misteri] Panglima Arya Damar bukanlah Adipati Arya Dillah ?).
Isi Lengkap Naskah Matari Singa Jaya Himat
Berdasarkan sumber situs wacana.com, berikut transkrip lengkap Naskah Matari Singa Jaya Himat…
WaLlahu a’lamu bishshawab
Catatan Penambahan :
1. Di dalam kitab Sejarah Melayu, berdasarkan tulisan Abdullah bin Abdulkadir al-Munsyi, diceritakan ketika Sang Suparba (Sapurba, Bitjitram Syah), tiba di Bukit Siguntang, daerah tersebut nyaris tak berpenghuni.
Sang Suparba akhirnya dapat bertemu dengan penguasa setempat Demang Lebar Daun, setelah Sang Demang mendapat laporan dari penduduk disekitar Bukit Siguntang yang bernama Wan Empuk dan Wan Malini (lihat Sejarah Melayu, bait 2.5).
Dari kisah ini memperlihatkan di saat kedatangan Sang Suparba (diperkirakan pada akhir abad ke-13 Masehi), pusat pemerintahan telah berpindah dari Bukit Siguntang ke wilayah Lebar Daun.
Artikel Menarik :
1. [Polemik] Asal Usul Nama Palembang ?
2. Makna Lambang dan Semboyan, Kesultanan Palembang Darussalam
3. [Misteri] Bajak Laut, Penguasa Perairan Sungai Musi Palembang di abad 14-15 Masehi ?
4. Jejak Perjuangan Muslim Tionghoa, dalam Negeri Kesultanan Palembang Darussalam ?
Perihal tentang wilayah lebar daun;
Kemungkinan besar letak wilayah lebar daun itu adalah disekitar Pusri dan 1 Ilir sebab sebelum daerah itu didirikan Kuto Gawang Ario damar yang notabene menikah dengan putri sandang biduk anak Demang lebar daun menetap disekitar wilayah itu (candi ing Laras) antara Pusri 1 dan Pusri 2 seperti contoh ketika kedatangan kigede ing suro yang disambut oleh Adipati karang widura yang merupakan keturunan Demang lebar daun dan akhirnya kigede ing suro menjadi raja di kerajaan Palembang dengan demikian kerajaan Palembang bukan didirikan oleh kigede ing suro melainkan kigede ing suro hanya menyambung pemerintahan kerajaan Palembang namun lebih bercorak islami entah karena kigede ing suro dan Adipati karang widura masih berkerabat karena mereka juga sama sama masih berkerabat dengan Aryo damar atau pengalihan penguasaan sehingga kigede ing suro bisa menjadi raja di Palembang
Lagipula ada nama ada sejarah
Diwilayah eks Kuto gawang tersebut pada masa kemerdekaan Indonesia masih ditemukan pohon pohon yang diameternya sangat lebar kemungkinan besar nama wilayah lebar daun sendiri ada kaitannya dengan pohon pohon raksasa disekitar wilayah itu
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa lokasi pemerintahan Demang lebar daun berada di sekitar wilayah Pusri dan 1 Ilir (sebelum era Kuto gawang)selepas berpindah pusat pemerintahan dari bukit seguntang