Ada seorang kakek penjual teh di sebuah toko di Kota Aleppo Suriah yang membuat banyak orang heran dengan perilaku dagangnya.
Sang kakek meletakkan kantong kertas kosong di bawah pemberat timbangannya. Dan ketika seorang pembeli bertanya: “Mengapa engkau melakukan hal ini?”
Sang Kakek Penjual Teh menjawab: “Saya adalah penjual teh, bukan penjual kantong kertas.” (sumber: Status FB Imam Maulana).
Apa yang dilakukan kakek penjual teh ini adalah upaya untuk menghindari prilaku curang dalam hal timbangan, sebagaimana Firman Allah:
“Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.”
(QS. Al Muthoffifin: 1-3).
Selain itu, sang kakek juga mengikuti teladan yang ajarkan Nabi Muhammad yakni bersikap jujur, ikhlas, dan profesional. Dan melalui sikap inilah Rasulullah dikenal sebagai seorang yang berhasil dalam usaha perdagangan.
4 Prinsip Dagang Nabi Muhammad
Sebagaimana dikutip dalam situs nu.or.id, ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan agar kita bisa sukses menjadi seorang entrepreneur seperti Nabi Muhammad, yakni:
Pertama, melakukan segmentasi dan menetapkan target pasar (targeting).
Sebelum menjajakan suatu barang, Nabi Muhammad memiliki pengetahuan yang mendalam tentang kebiasaan serta kebutuhan yang diperlukan masyarakat setempat.
Nabi Muhammad juga mahir dalam melakukan targeting. Ia tidak hanya memasuki satu segmen saja namun ke semua segmen yang ada dalam masyarakat semenanjung Arab. Mulai dari budak hingga kalangan elit kerajaan.
Kedua, melakukan diferensiasi dan bauran pemasaran.
Nabi Muhammad adalah orang yang berpikiran out of the box. Ia berdagang dengan cara-cara yang beda, tidak konvensional digunakan pedagang lainnya pada saat itu.
Terkait hal ini, ada dua cara yang dilakukan Nabi Muhammad saw., yaitu menjalin hubungan yang baik (silaturahim) dengan pelanggannya dan melakukan ekspansi usaha ke wilayah-wilayah lain dan tidak kalah penting, Nabi Muhammad selalu menjelaskan kekurangan dan kelebihan barang dagangannya dengan jujur kepada para pelanggannya.
Ketiga, melakukan branding dan pelayanan yang baik.
Nabi Muhammad dikenal oleh masyarakat Arab sebagai pribadi yang jujur dan bisa dipercaya sehingga ia mendapatkan julukan al-Amin. Personal branding ini tidak didapat secara singkat melainkan dalam waktu yang lama.
Karena memiliki brand dapat dipercaya, banyak investor yang berinvestasi kepada Nabi Muhammad saw. Maka tidak heran jika Nabi Muhammad saw. kerap kali berdagang tanpa modal sepeser pun, alias menjualkan barang dagangan orang lain dengan imbalan bagi hasil.
Keempat, jujur, ikhlas, dan profesional.
Dalam berdagang, Rasulullah mengedepankan sikap jujur, ikhlas, dan profesional. Maksudnya, tidak pernah membohongi pelanggannya dan ikhlas menjalankan usahanya. Meski demikian, Rasulullah adalah seorang yang profesional. Ia selalu mencari cara yang beda dan baru dalam menjual barang dagangannya.
Dengan berpegang kepada ke-4 prinsip tersebut, di usia yang baru menginjak 25 tahun, Nabi Muhammad saw. sudah menjadi seorang pengusaha atau entrepreneur yang sukses dan kaya raya bahkan telah berdagang ke luar negeri lebih dari 18 kali.
Maka tidak heran jika emas kawin yang diberikan Nabi Muhammad untuk Khadijah tidak tanggung-tanggung; 20 ekor unta dan 12,4 ons emas. Sebuah mas kawin yang besar sekali pada saat itu.