[Misteri] Sejarah Melayu Mencatat Invasi Bangsa Mongolia di Nusantara?

Berpedoman kepada Sejarah Melayu, terbitan dari Abdullah bin Abdulkadir Munsyi, Pendiri Kerajaan Melayu Sang Sapurba memiliki dua orang paman, yaitu : Raja Hiran yang menjadi penguasa di benua Hindi dan Raja Pandin yang merupakan penguasa di benua Turkistan.

Mengambil perkiraan kedatangan Sang Suparba di Bukit Siguntang terjadi pada akhir abad ke-13 Masehi, maka satu-satunya kekuatan pada saat itu yang memiliki kekuasaan dari Hindi (India) sampai Turkistan (Asia Tengah) adalah anak keturunan Genghis Khan dari bangsa Mongolia.


Berdasarkan data di atas, bukan mustahil kedatangan Sang Sapurba di Bukit Siguntang adalah simbol dari invasi balatentara Mongolia di alam melayu. Dimana “penaklukkan” berlangsung secara damai setelah Sang Sapurba menikah dengan Wan Sendari putri dari Demang Lebar Daun.

Sang Sapurba sendiri menurut Sejarah Melayu berasal dari keturunan Iskandar Zulqarnain melalui jalur Raja Persia yang bernama Nusirwan Adil (King Anushirvan “The Just” of Persia). Diperkirakan Sang Sapurba berasal dari Dinasti Sassanid Persia di pihak ayah, sementara pihak ibunya berasal dari kerabat Genghis Khan.

Penaklukkan Sang Sapurba di Nusantara

Posisi Sang Sapurba semakin kokoh setelah salah seorang putrinya bernama Putri Seri Dewi menikah dengan penguasa China. Seperti diketahui pada masa itu daratan China dikuasai oleh bangsa Mongolia yang dikenal berasal dari Dinasti Yuan.

Setelah berhasil menyatukan kekuatan suku-suku melayu Sumatera Selatan, Sang Sapurba melanjutkan “penaklukkan” ke Tanjung Pura. Menurut Sejarah Melayu, ketika Sang Sapurba meninggalkan Bukit Siguntang Palembang, dirinya diiringi oleh pengikutnya dengan jumlah yang sangat banyak.

Hal ini semakin memperjelas, Sang Sapurba keluar dari Palembang tidak untuk berwisata, namun lebih pantas disebut sebagai upaya memperluas kekuasaan. Di Tanjung Pura upaya “penaklukkan” berlangsung damai, dimana salah seorang putranya bernama Sang Maniaka menikah dengan putri penguasa setempat.

Tanah Jawa tidak lepas dari upaya invasi Sang Sapurba, namun semua kembali berjalan damai setelah salah seorang putrinya bernama Putri Cendera Dewi menikah dengan salah seorang Pangeran yang dikenali sebagai Cakradhara (Sri Kertawadhana).

Berhasil menanamkan pengaruh di Bukit Siguntang (Sumatera Bagian Selatan), Tanjung Pura (Kalimantan) dan Tanah Jawa, invasi Sang Sapurba berlanjut ke arah utara yakni Pulau Bintan. Kali ini pun berlangsung damai dimana putranya bernama Sang Nila Utama diangkat menantu oleh penguasa pulau Bintan.

Kelak di kemudian hari Sang Nila Utama akan mendirikan Kerajaan Tumasik (Singapura) dan memerintah sebagai Raja Pertama sekitar tahun 1320-1347. Dari keturunan Sang Nila Utama inilah lahir penguasa di Kerajaan Malaka, Pahang, Johor dan Perak.

Setelah berhasil menguasai Pulau Bintan, Sang Sapurba menuju ke Sumatera Bagian Tengah. Di wilayah ini dia membantu rakyat Minangkabau terbebas dari penguasa lalim yang disimbolkan sebagai “ular raksasa”. Perjalanan Sang Sapurba berakhir setelah dirinya dirajakan di wilayah ini.

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s