Andry Nirina Rajoelina lahir dari keluarga kelas menengah Madagaskar pada 30 Mei 1974, dan awalnya dikenal sebagai penyiar radio sebelum menjadi figur nasional.
Sekitar tahun 2000, Rajoelina mendirikan stasiun radio sendiri, VIVA Radio. Sementara di bidang sosial politik ia membentuk the Determined Malagasy Youth opposition movement.
Tokoh Oposisi Madagaskar
Aktivitas politiknya semakin cemerlang, ketika Rajoelina terpilih sebagai walikota Antananarivo pada tahun 2007, setelah mengalahkan saingannya dengan memperoleh 63.3% suara.
Sejak terpilih sebagai wali kota, Rajoelina dikenal sebagai tokoh vokal yang kritis terhadap kepemimpinan pemerintah pusat. Bahkan pada tanggal 13 Desember 2008 stasiun VIVA miliknya ditutup karena dianggap mengganggu kedamaian dan keamanan.
Pada 31 Januari 2009, Rajoelina mengumumkan secara sepihak dalam suatu rapat umum bahwa dirinya adalah pemimpin Republik Malagasi dengan alasan presiden dan pemerintah tidak melakukan tugasnya (sumber: wikipedia.org dan merdeka.com).
Akibat tindakannya tersebut, Rajoelina diberhentikan sebagai wali kota. Sikap oposisi Rajoelina berlanjut dengan menggerakkan berbagai demonstrasi massa, selain itu ia juga mendapat dukungan militer.
Presiden Ravalomanana akhirnya menyerahkan kekuasaan ke tangan militer pada tanggal 17 Maret 2009. Pihak militer kemudian menyerahkan kekuasaan ke tangan Rajoelina.
Namun kepemimpinan Rajoelina tidak diakui oleh dunia internasional, sampai akhirnya pada 24 Desember 2018 melalui pemilihan raya, Rajoelina berhasil unggul dengan 55,66 % suara melawan saingannya Marc Ravalomanana yang meraih 44,34 % suara (sumber: khmertimeskh.com).
Keturunan Melayu Madagaskar
Sebagaimana dikabarkan sejarawan melayu asal Thailand Nik Rakib Nik Hassan, Presiden Madagaskar Andry Nirina Rajoelina berasal dari keturunan Melayu yakni dari suku Merina (sumber: Rajoelina).
Menurut Nik Rakib Nik Hassan, suku Merina merupakan cabang dari Rumpun Melayu Polynesia yang berhijrah dari Pulau Kalimantan. Pendapat Nik Rakib ini berdasarkan kepada hasil penyelusuran 2 orang sarjana Suku Merina Madagaskar dengan tajuk artikel “Madagascar and the future of the Nusantarian World“.
Kedua ahli sejarah tersebut yakni Andrian Tefinana Hary dan Yanariak menulis perpindahan penduduk Nusantara ke Madagaskar telah dimulai sejak 2000 tahun yang lalu, yakni pada abad pertama masehi, terutama berasal dari wilayah Pulau Kalimantan.
Nenek moyang Suku Merina secara perlahan melakukan eksplorasi dan kolonisasi Madagaskar, sedangkan leluhur Nusantara lainnya berdagang secara aktif dengan pantai Afrika dan Timur Tengah. Barang-barang yang diperdagangkan kebanyakan adalah rempah-rempah, gading, mutiara dan mungkin sutra.
Kehadiran Melayu di Samudra Indonesia bagian barat mulai menurun dari abad ke-8, akan tetapi pada abad ke-10, orang-orang Melayu mencoba menaklukkan kembali pantai-pantai Afrika dengan ekspedisi yang sangat besar meskipun kemudian tidak berhasil.
Leluhur Merina memulai migrasi mereka ke dataran tinggi Madagaskar untuk menghindari ancaman para emigran yang dengan cepat mengambil kendali atas bagian utara dan timur Madagaskar. Motif utama mereka untuk meninggalkan daerah pesisir adalah penolakan mereka untuk bergaul dengan tetangga baru mereka.
Dan sejak saat itulah Suku Merina, mulai terisolasi dari Asia Tenggara dan memulai jalur sejarah yang berbeda. Sementara itu, beberapa orang Nusantara, terutama Bugis masih terus mengunjungi daerah tersebut.
Catatan Penambahan:
1. Pada tahun 2016 terbit makalah berjudul “Malagasy Genetic Ancestry Comes from an Historical Malay Trading Post in Southeast Borneo”. Dan ditemukan gen orang Madagaskar punya komposisi 68 persen gen Afrika dan 32 persen gen Asia.
Hasil riset yang dilakukan di Universite’ de Toulouse, Perancis itu juga menemukan gen Asia diantaranya berasal dari populasi suku yang punya gen campuran di Kalimantan, seperti Banjar, Ngaju, Dayak Kalimantan Selatan, Lebbo, Murut, Dusun, dan Bidayuh (sumber: Ada Jejak Nusantara pada Gen Orang Madagaskar).
Semoga Nusantara Raya bersatu dengan bahasa persatuan Bahasa Indonesia.