Belakangan ini kita dihebohkan dengan berita terkait kemungkinan kutub magnet bumi berbalik arah. Terjadinya perubahan kutub magnet bumi tentu akan mengacaukan navigasi satelit serta kompas sebagai petunjuk arah.
Sebagaimana dilansir kompas.com (18/1/2019). salah satu yang dikhawatirkan adalah kemungkinan untuk merevisi arah utara dan selatan yang selama ini kita ketahui.
Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin mengungkapkan revisi mungkin tidak diperlukan, namun akan ada koreksi arah utara yang ditunjukkan kompas beberapa derajat sesuai tabel koreksi atau aplikasi koreksi deklinasi magnetik.
Hal senada diungkapkan seorang astronom, Marufin Sudibyo, menurutnya Indonesia yang berada di kawasan khatulistiwa, pergeseran kutub-kutub geomagnet setiap tahunnya tidak memberikan banyak pengaruh.
Marufin menambahkan deklinasi magnetik di Indonesia berharga kecil, maksimal senilai 5 derajat saja (yakni di pulau Papua). Dengan pengecualian untuk pengukuran-pengukuran yang membutuhkan akurasi sangat tinggi, maka kompas magnetik masih bisa digunakan di Indonesia tanpa membutuhkan banyak koreksi.
Meski tidak ada pengaruh yang besar, namun jika ternyata pergeseran kutub magnet bumi terjadi secara lebih ekstrim, bukan tidak mungkin diperlukan koreksi yang signifikan termasuk dalam penentuan arah kiblat shalat dengan menggunakan bantuan peralatan kompas.
Penentuan Arah Kiblat Shalat Dengan Bayangan Matahari
Sebetulnya ada cara praktis dalam penentuan arah kiblat shalat yakni dengan memanfaatkan bayangan matahari.
Seperti dikutip dalam situs al-habib.info, dalam satu tahun masehi, matahari singgah dua kali tepat di atas Ka’bah. Hal ini merupakan pengetahuan yang sudah lama diketahui.
Namun sepertinya masyarakat awam tidak banyak yang mengetahui momen ini, yang dalam bahasa arabnya disebut sebagai peristiwa Istiwa A’zham (Persinggahan Utama) atau juga disebut “rashdul qiblah”.
Peristiwa ini terjadi pada tanggal 28 Mei (atau 27 di tahun kabisat) pukul 12:18 waktu Mekah dan 16 Juli (atau 15 di tahun kabisat) pukul 12:27. Hal ini berarti semua orang yang bisa melihat matahari pada saat itu dan menghadapkan wajahnya ke sana berarti juga telah menghadapkan wajahnya ke kiblat.
Atau jika kita melihat bayangan benda yang tegak lurus di atas tanah, maka bayangan tersebut akan membentuk garis membelakangi arah kiblat. Bagi masyarakat yang tinggal di wilayah Indonesia, waktu kejadian momen tersebut adalah 28 Mei jam 16:18 WIB dan 16 Juli jam 16:27 WIB.
Dan dengan adanya peristiwa ini, bisa menjadi kesempatan bagi yang ingin mengecek atau melihat benar tidaknya arah kiblat yang digunakan selama ini silakan keluar pada waktu tersebut dan lihat matahari (atau bayangannya).