Beberapa waktu tang lalu, penduduk bumi sempat was-was dan dihantui ancaman terjadinya perang nuklir. Hal ini dikarenakan memanasnya situasi di semenanjung Korea yang dapat menjadi pemicu peristiwa mengerikan itu.
Seperti diberitakan merdeka.com, Korea Utara (Korut) mengancam akan melakukan pembalasan kepada Amerika Serikat (AS) atas kebijakan sanksi ekonomi PBB. Negara yang dipimpin Kim Jong-Un tersebut, saat ini diketahui telah berhasil memproduksi rudal balistik yang berisi hulu ledak nuklir.
Menanggapi ancaman Korut, Presiden AS, Donald Trump, balik mengancam Korut. Presiden Trump menyatakan siap menghadapi kemarahan lawan dengan kekuatan yang nyata.
Bagaimana kondisi Bumi jika perang nuklir benar-benar terjadi?
Menurut laporan dari para ilmuwan Oxford University terungkap perang nuklir merupakan salah satu hal yang bisa membawa dunia pada kehancuran.
Senjata nuklir memiliki potensi besar untuk menghancurkan seluruh umat manusia, sebagaimana disampaikan oleh Piers Millet, pakar biosecurity dari Future of Humanity Institute.
Selain bisa memusnahkan manusia dalam hitungan detik, ledakan nuklir memiliki dampak radiasi.
Seseorang yang meninggal di detik pertama saat terjadinya ledakan mungkin bisa dikatakan beruntung. Karena akan sangat menyiksa hidup dengan paparan radiasi.
Robeknya Lapisan Ozon
Kehidupan penduduk bumi sesudah ledakan bom atom tidak bisa seluruhnya kembali normal. Diprediksi setahun setelah hantaman bom, beberapa proses yang diakibatkan oleh atmosfer yang tercemar mulai melubangi lapisan ozon.
Seperti dilansir liputan6.com, diperkirakan dengan ledakan nuklir kecil setara dengan 0,03 persen seluruh arsenal nuklir dunia pun diduga dapat merusak sekitar 50 persen lapisan ozon. Hal ini berakibat dunia pun dihujam terpaan sinar ultra ungu (ultraviolet, UV).
Tanaman-tanaman yang ada di seluruh dunia akan mati dan setiap bentuk kehidupan yang berhasil menyintas akan berjuang menghadapi mutasi DNA mereka. Bahkan, tanaman yang paling kebal pun menjadi lebih lemah, lebih kecil, dan semakin sulit melakukan reproduksi.
Dan ketika langit kembali cerah dan dunia kembali menghangat, pertanian tanaman pangan menjadi amat sulit dilakukan. Keseluruhan lahan pertanian akan mati ketika orang mencoba menanam tanaman pangan dan petani yang terlalu lama berada di bawah matahari dapat meninggal karena kanker kulit.
Kabut Asap dan Badai Ganas
Segala sesuatu berada di sekitar pusat ledakan akan diterpa energi amat kuat, semua benda yang bisa terbakar akan terbakar, termasuk bangunan, hutan, plastik, dan bahkan aspal jalan raya.
Sementara tempat-tempat penyulingan minyak, akan meletup dalam kobaran api. Api yang melingkupi setiap sasaran bom nuklir akan menghasilkan asap jelaga yang beracun.
Selain itu, muncul awan asap pada 15 meter di atas permukaan Bumi. Ukuran awan itupun semakin membesar sambil melarung dihembus angin hingga menutupi seluruh permukaan planet serta menghalangi pemandangan ke langit.
Selama beberapa tahun pertama, ketika kita melangkah ke luar rumah, maka matahari seperti tidak terlihat bersinar. Yang tampak hanyalah awan-awan hitam yang menghalangi cahaya.
Dalam waktu 2 atau 3 tahun setelah kegelapan yang membeku, diduga akan muncul serbuan badai bertubi-tubi. Debu yang terhambur ke stratosfer bukan sekadar menghalangi matahari tapi juga berdampak pada cuaca karena mengubah cara pembentukan awan.
Sebelum kembali normal, penduduk bumi mengalami hujan yang hampir terus menerus dalam bentuk badai ganas. Badai-badai ganas juga akan menyerang sepanjang tepi samudra. Topan akan melanda pantai-pantai dunia selama bertahun-tahun.