Dalam Surah at-Takwir (81) ayat 15-16, ALLAH bersumpah dengan bintang yang tersembunyi, yang bergerak cepat dan yang menyapu. Kedua ayat ini umumnya oleh ahli ditafsirkan dengan kalimat “Sungguh, Aku bersumpah dengan bintang-bintang, yang beredar dan terbenam”.
Penafsiran kata “bintang tersembunyi” didasarkan kepada pemakaian kata “al-khunas” yang dipakai untuk merujuk kepada objek “bintang”. Sementara dalam bahasa Arab, bintang biasanya disebut dengan kata najm, dengan bentuk plural (jamak)-nya adalah nujum.
Misteri Bintang Yang Tersembunyi
Selama berabad-abad, kisah Al Qur’an terkait adanya bintang tersembunyi ini menjadi misteri. Hingga pada tahun 1790 Pierre Simon Laplace memprediksi bahwa ada bintang tersembunyi yang mana kecepatan lepasnya sama dengan kecepatan cahaya rc² = √2GM.
Kemudian disusul tahun 1910 obyek tersebut tampak dalam teori relativitas umum Einstein sebagai obyek langit yang mampu melengkungkan kontinum ruang-waktu, selanjutnya tahun 1916 radius kritis obyek tersebut dihitung oleh Karl Schwarzschild.
Pada akhirnya pada tahun 1967 John Archibald Wheeler memberinya nama untuk fenomena tersebut dengan sebutan black hole (lubang hitam).
Fakta kosmologi modern menunjukkan bahwa lubang hitam tidak dapat dilihat dengan kasat mata sehingga seolah-olah tersembunyi keluasan langit, namun bisa dideteksi dari daya tariknya yang besar sehingga akan menyapu materi yang didekatinya, dimana konsentrasi gas disekitar black hole bergerak dengan laju sebesar 400 km/s.
Black hole sendiri terbentuk saat sebuah bintang mulai kehabisan bahan bakar dalam tungku thermonuklirnya, bintang dengan massa 20x massa matahari memungkinkan untuk hancur dan berubah menjadi black hole karena bintang besar itu memiliki medan magnet dan massa yang besar.
Namun bila massa bintang itu kecil, maka magnetnya tidak mencukupi untuk menyapu benda-benda disekitarnya sehingga tak mampu merobek ruang-waktu sebagaimana black hole, bintang seperti ini hanya menjadi katai putih (white dwarf) atau bintang mati.
Gravitasinya yang begitu kuat pada lubang hitam akan mencegah apapun lolos dari jeratannya serta akan jatuh kedalam terowongan kuantum, tak ada sesuatu termasuk radiasi elektromagnetik yang dapat lolos dari gravitasinya sehingga lubang hitam ini bekerja seperti vacum cleaner (sumber: zahir mahzar).
Catatan Penambahan :
1. Dalam pembahasan situs dakwatuna.com, pemakaian kata “al-khunash” menurut ahli tafsir merupakan bentuk plural dari khanish (sesuatu yang menghilang). Jadi, khanish itu berarti lenyap dari pandangan mata.
Namun demikian, pada ayat berikutnya, ALLAH berfirman, “yang beredar dan terbenam”. Sehingga dimaknai ada satu jenis bintang yang beredar (aljawar) sangat cepat sehingga kecepatannya melebihi kecepatan cahaya yang dipancarkannya.
Ketika menafsirkan ayat ini, para ahli tafsir klasik mencoba mereka-reka dengan menjelaskan soal bintang yang tak terlihat itu. Imam al Qurthubi menafsirkan: “Yaitu bintang-bintang yang bersembunyi di siang hari, dan tersapu atau tertutup pada petang harinya”.
Imam Ar-razi mengatakan, “ALLAH bersumpah demi bintang-bintang yang tersembunyi di siang hari, yaitu hilang cahayanya dari pandangan mata, tetapi ia tetap berada pada tempat peredarannya, dan tersapu atau tertutupi pada petang harinya”.
Sementara beberapa ahli tafsir modern menafsirkan: “yaitu bintang-bintang yang menghilang atau kembali pada porosnya, dan melintas ke peredarannya kemudian bersembunyi kembali”.
Penafsiran para ulama, baik klasik atau modern memiliki satu benang merah. Yaitu, bahwa ada sejenis bintang yang wujudnya ada tapi tidak dapat dilihat oleh pandangan mata.
Hal ini mirip dengan salah satu fenomena alam di ruang angkasa yang baru pada abad ke-20 ditemukan oleh para pakar astronomi. Penemuan itu dikenal dengan istilah Black-hole. Black-hole sesungguhnya adalah bintang yang meredup cahayanya dan berubah menjadi pekat.
terompet sangkakala