“…aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”.(QS. An Naml (27) ayat 40)
Pemindahan singgasana Ratu Balqis dari Negeri Saba ke Palestina di masa Nabi Sulaiman, bisa dikategorikan fenomena teleportasi kuantum, yakni suatu proses pemindahan materi dengan memanfaatkan fluktuasi ruang tanpa kenal jarak.
Pemindahan materi melalui proses dematrialisasi yang merambat dengan laju gelombang elektromagnetik yang menurut relativitas khusus Einstein, dengan laju cahaya sebesar 299.792.458 m/s.
Penjelasan Teoritis dan Proyek Pemerintah Rusia
Seandainya semua partikel dapat diubah menjadi laju cahaya, jarak tempuhnya pun akan menyamai laju cahaya, maka setidaknya ada 2 cara untuk proses dematrialisasi tersebut terjadi:
Pertama, ditindas dengan medan magnet yang sangat kuat sehingga semua partikel singgasana bisa bergetar menjadi energi, di decoding dan di transfer ke tempat tujuan lalu di encoding agar kembali utuh tanpa mengubah struktur atomnya sedikitpun.
Kedua, dengan cara melipat dimensi dimana kontinum ruang-waktu tak lagi menjadi pembatas, pelipatan dimensi ini memanfaatkan buih-buih kuantum sebagai lubang hitam mini yang akan mengirim atom-atom ke ruang-waktu yang dikehendaki (sumber: zahir mahzar).
Perkembangan terakhir penelitian terkait teknologi teleportasi, adalah dengan adanya dukungan pemerintah Rusia dalam mengembangkan teknologi ini hingga tahun 2035 dan menjadi bagian dari roadmap senilai 21 triliun dolar AS.
Seperti dilansir sidomi.com, Rusia berencana menjadikan proyek ini untuk dijadikan landasan peluncuran dalam pengembangan teknologi yang dapat mendukung perekonomian setidaknya hingga 20 tahun mendatang.
Sejarah Penelitian Fenomena Teleportasi
Sebelum tahun 1993, para ilmuwan fisika masih beranggapan fenomena teleportasi adalah suatu hal yang mustahil. Namun setelah itu, ide tentang teleportasi mulai berpindah dari dunia sains fiksi ke dalam dunia fisika teoritis dan eksperimen.
Bermula dari seorang ahli fisika bernama Charles H. Bennet bersama sebuah tim peneliti yang berasal dari IBM, mengkonfirmasikan bahwa quantum teleportation secara prinsip dapat dilakukan, tapi dengan konsekuensi jika obyek aslinya musnah (sumber : arisubiakto).
Di tahun 1998, sekelompok fisikawan dari California Institute of Technology (Caltech), bersama dua kelompok ilmuwan Eropa, mencoba kembali mewujudkan ide dari pihak IBM dengan kembali sukses menteleportasikan sebuah photon.
Para ilmuwan Caltech tersebut berhasil membaca struktur “atomik” dari sebuah photon, kemudian mengirimkan informasi melintasi kabel koaksial sepanjang 1 meter dan membuat replika dari photon itu di tempat yang baru.
Pada tahun 2002, para peneliti di Australian National University berhasil menteleportasikan seberkas sinar laser. Kemudian pada tanggal 4 Oktober 2006, Dr. Eugene Polzik bersama timnya telah berhasil menteleportasikan paket informasi dalam seberkas sinar laser ke dalam sebuah awan atom.
Menurut Polzik, eksperimen ini merupakan satu langkah maju, dikarenakan untuk pertama kalinya eksperimen teleportasi melibatkan dua objek berbeda, yakni cahaya dan materi, yakni satu membawa informasi dan satunya lagi sebagai medium perantara.
Penelitian yang didukung Niels Bohr Institute (Denmark) tersebut, berhasil melakukan teleportasi sejauh sekitar setengah meter.
Berdasarkan kepada penelitian mutahir, di tahun 2014 sebuah grup di Belanda berhasil melakukan transfer sifat-sifat satu atom ke yang lainnya pada jarak lebih dari tiga meter. Di samping itu, ada kelompok lain yang memakai partikel cahaya dalam melakukan transfer informasi sampai pada jarak lebih dari 100 kilometer.
WaLlahu a’lamu bishshawab
India sudah 2000 tahun lebih dulu.Banyak para ORANG SUCI yg bisa mematrilisasikan dirinya di tempat lain.Hal itu dil;akukan dengan semacam ilmu yoga unrtuk menuasai diri.
Ini orang nggak penting