Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
حَدَّثَنِي مُوسَى بْنُ مَسْعُودٍ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ مَنْصُورٍ وَالْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي وَائِلٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْجَنَّةُ أَقْرَبُ إِلَى أَحَدِكُمْ مِنْ شِرَاكِ نَعْلِهِ وَالنَّارُ مِثْلُ ذَلِكَ
Surga lebih dekat kepada salah seorang dari kalian daripada tali sandalnya, neraka juga seperti itu. [HR. Bukhari No.6007].
Dalam memaknai Hadis di atas, para ulama mengkaitkannya dengan syahwat yang dilakukan oleh anggota tubuh sebagai sebab-musabab seseorang dapat mengantarkannya masuk ke dalam surga atau neraka.
Namun sabda Rasulullah di atas, bisa juga menggambarkan kemungkinan adanya sistem alam yang tak terbatas dengan dimensi yang saling berdekatan bahkan saling berhimpit.
Teori Jagad Semesta Parallel
Ide mengenai dunia alternatif telah memicu minat pemikiran mengenai adanya alam-alam lain bagi destinasi jiwa manusia di seberang kematian, terutama fisika kuantum yang telah banyak mengeksplorasi gagasan ini ke dalam sains eksak.
Sebenarnya dalam ranah fisika modern, teori jagad parallel telah ada sejak tahun 1950an yang digunakan untuk menjelaskan keadaan eksotis dan konsekuensi aneh dalam teori kuantum. Teori interpretasi dunia jamak tumbuh dari gagasan tentang adanya sistem alam yang lebih besar dari yang dapat dijangkau oleh pengamatan visual kita (sumber: Zahir Mahzar).
Keberadaan adanya jagad semesta lain yang berada di sekitar kehidupan manusia di istilahkan sebagai alam metafisika, sementara di kalangan umat Islam lebih mengenalnya sebagai alam jin (tersembunyi atau tidak terlihat).
Meski hukum alam yang terdapat dalam kehidupan manusia berbeda dengan hukum alam yang terdapat pada alam jin, namun terkadang antara kedua alam ini bisa saling berinteraksi satu dengan lainnya.
Di Al Quran, kita akan bertemu cerita tentang para jin yang membantu Nabi Sulaiman saat membangun Baitul Maqdis. Demikian juga tentang adanya kisah Nabi Muhammad berdakwah dengan membacakan ayat-ayat al qur’an kepada sejumlah jin yang menemuinya.
Kalangan praktisi metafisika mempercayai adanya portal antar dimensi yang bisa menjadi sarana penghubung di antara alam manusia dengan alam metafisika (alam jin).
Identifikasi Alien
Melalui berbagai berita di media sosial, kita sering kali memperoleh informasi tentang adanya penampakan UFO (Unidentified Flying Object) yang dipercaya sebagai kendaraan makhluk luar angkasa yang dikenal dengan istilah “Alien”.
Di kalangan pemerhati Ufologi percaya bahwa sebagian Kaum Alien ini pada awalnya berasal dari komunitas manusia (Bani Adam) yang hijrah ke planet lain, sebagaimana analisa dari fisikawan terkemuka Albert Einstein (sumber: Misteri UFO menurut Albert Einstein dan Legenda (Alien) Ras Lyran?).
Namun teori ini bukan tanpa kelemahan, mengingat planet yang diduga menjadi tempat tinggal “Kaum Alien” tersebut sangat jauh, bahkan mencapai ribuan tahun cahaya dari bumi. Tentu sangat mustahil, mereka harus menempuh perjalanan ribuan tahun menuju bumi hanya sekedar untuk penampakan diri.
Ada dugaan kehadiran UFO dan Alien ini tidak lepas dari keberadaan makhluk-makhluk asing dari alam metafisika (alam jin). Kehadiran Alien di alam manusia diperkirakan oleh kalangan metafisika setelah mereka berhasil melalui portal (pintu) antar dimensi.
Teori ini sekaligus menjawab tentang keberadaan dari wilayah-wilayah misterius seperti Agarata (Agartha) di India atau Kota Uwentira yang terdapat di Sulawesi Tengah (Indonesia). Karena sejatinya penghuni wilayah misterius itu adalah kaum alien dari alam jagad semesta lain.
WaLlahu a’lamu bishshawab
Catatan Penambahan:
1. Dalil lain yang menunjukkan adanya interaksi antara alam manusia dengan alam lain bisa terlihat dalam hadis berikut:
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, beliau berkata,
كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ سَمِعَ وَجْبَةً فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَدْرُونَ مَا هَذَا قَالَ قُلْنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ هَذَا حَجَرٌ رُمِيَ بِهِ فِي النَّارِ مُنْذُ سَبْعِينَ خَرِيفًا فَهُوَ يَهْوِي فِي النَّارِ الْآنَ حَتَّى انْتَهَى إِلَى قَعْرِهَا
“Kami pernah bersama Nabi shallallahu alaihi wasallam tiba-tiba beliau mendengar seperti suara benda jatuh ke dasar. Nabi shallallahu alaihi wasallam bertanya, ‘Tahukah kalian suara apa itu?’ Kami menjawab, ‘Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.’ Beliau bersabda, ‘Ini adalah batu yang dilemparkan ke neraka sejak 70 tahun yang lalu dan sekarang baru mencapai dasarnya’” (HR. Muslim no. 2844). (sumber: muslim.or.id).