Sebagian ulama berpendapat bahwa manusia yang bergelar Abul Basyar (bapaknya manusia) ada 3 tokoh, yakni: Adam ‘alaihis salam, Syits putra Adam dan Nabi Nuh ‘alaihis salam.
Seperti dilansir konsultasisyariah.com, terkait pendapat diatas, At-Thabari di dalam Tarikhnya mengatakan,
وذرية آدم كلهم جهلت أنسابهم وانقطع نسلهم إلا ما كان من شيث بن آدم فمنه كان النسل وأنساب الناس اليوم كلهم إليه دون أبيه آدم فهو أبو البشر إلا ما كان من أبيه وإخوته ممن لم يترك عقبا
Keturunan Adam semuanya tidak diketahui nasabnya dan terputus garis turunannya, kecuali keturunan Syits bin Adam. Garis nasab seluruh manusia saat ini, berasal dari Syits, setelah bapaknya… (Tarikh at-Thabari, 1/104).
Sedangkan dalil tentang Nabi Nuh ‘alaihis salam sebagai bapak seluruh manusia terkait dengan firman Allah dalam Al Qur’an:
وَلَقَدْ نَادَانَا نُوحٌ فَلَنِعْمَ الْمُجِيبُونَ. وَنَجَّيْنَاهُ وَأَهْلَهُ مِنَ الْكَرْبِ الْعَظِيمِ . وَجَعَلْنَا ذُرِّيَّتَهُ هُمُ الْبَاقِينَ . وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآَخِرِينَ. سَلَامٌ عَلَى نُوحٍ فِي الْعَالَمِينَ
Sesungguhnya Nuh telah berdoa kepada Kami: maka sesungguhnya sebaik-baik yang memperkenankan (adalah Kami). Dan Kami telah menyelamatkannya dan pengikutnya dari bencana yang besar.
Dan Kami jadikan anak cucunya orang-orang yang melanjutkan keturunan. Dan Kami abadikan untuk Nuh itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian; “Kesejahteraan dilimpahkan atas Nuh di seluruh alam”. (QS. as-Shaffat: 75 – 79).
Ibnu Katsir kemudian menyebutkan beberapa riwayat dari tafsir ayat tersebut, antara lain:
قال علي بن أبي طلحة، عن ابن عباس يقول: لم تبق إلا ذرية نوح عليه السلام.
Dari Ali bin Abi Thalhah, bahwa Ibnu Abbas mengatakan, ‘Tiada manusia yang tersisa selain keturunan Nuh ‘alaihis salam.’
وقال سعيد بن أبي عروبة، عن قتادة في قوله: { وَجَعَلْنَا ذُرِّيَّتَهُ هُمُ الْبَاقِينَ } قال: الناس كلهم من ذرية نوح [عليه السلام]
Dari Said bin Abi Urwah dari Qatadah, tentang firman Allah di atas, beliau mengatakan, ‘Semua manusia adalah keturunan Nuh ‘alaihis salam.’ (Tafsir Ibn Katsir, 7/22).
Beberapa Pendapat Berbeda dari Kalangan Ilmuan Muslim
Kitab-kitab yang cukup dikenal membahas tentang asal usul manusia dilakangan cendiawan muslim antara lain, Bahr an-Nishab, karangan Abu Makhnaf Luth bin Yahya (157 H), an-Nasab al-Kabir karya Amir bin Hafsh (170 H), al-Kamil fi an-Nasab besutan Ibnu Thabathaba (449 H), dan masih banyak lagi.
Dari berbagai kajian tersebut, belum pernah muncul kesepakatan dari mereka akan siapakah manusia pertama kali yang layak dijadikan sebagai muara keturunan umat manusia saat ini (sumber: Eksistensi Manusia sebelum Adam, dalam bahasan Genealogy Ilmuan Muslim?).
Bahkan sebagian sejarawan berpendapat bahwa Adam bukanlah muara dari keturunan segenap manusia (abu al-basyariyah), mereka menganggap Adam sebagai bapak manusia (abu al-Insan). Dua istilah yang memiliki perbedaan dalam makna tentunya.
Dari kalangan ilmuan terkemuka seperti Ibn al-Atsir, at-Thabari, al-Muqrizi, berpendapat bahwa jutaan tahun sebelum Adam, telah ada eksistensi manusia di muka bumi. Mereka bersaing dengan golongan bangsa jin, untuk saling berebut kekuasaan di permukaan bumi.
Manusia Pertama dalam Kajian Ilmiah
Berdasar kepada penyelusuran Genetika dengan menggunakan istilah Y-chromosomal Adam (Y-MRCA), diperkirakan kehadiran Adam “Manusia Modern”, hidup di permukaan bumi pada sekitar 237,000 sampai 581,000 tahun yang lalu.
Fakta ilmiah tersebut didukung dari penemuan fosil manusia modern, di Sungai Omo Ethiopia yang berusia sekitar 195.000 tahun. Serta hasil penyelusuran Mitochondrial Eve, yang diperoleh hasil telah ada di bumi pada sekitar 200.000 tahun yang lalu.
Di dalam ilmu geologi, masa 237,000 sampai 581,000 tahun yang lalu, di sebut sebagai Era Middle Pleistocene yang terjadi pada kisaran 126.000 sampai dengan 781.000 tahun yang lalu (sumber: Menyelusuri masa kehidupan NABI ADAM, berdasarkan Genetika, Arkeologi, Astronomi dan Geologi).
Untuk dipahami, penyelusuran Genetika, baik Y-chromosomal Adam (Y-MRCA), maupun Mitochondrial Eve, berdasarkan kepada sampel manusia modern, yang hidup saat ini.
Sementara berdasarkan catatan sejarah, sangat banyak bangsa-bangsa yang pernah hidup di bumi dan mengalami kepunahan. Hal ini memberi kita alasan, masa peradaban manusia tentu akan jauh lebih lama jika penelusuran Genetika juga memperhitungkan bangsa-bangsa yang telah punah.